spot_imgspot_imgspot_img
Kamis, Februari 13, 2025
spot_imgspot_imgspot_img
BerandaULASANBukuReview Buku genre Demokrasi

Review Buku genre Demokrasi

Judul: Laut bercerita
Penulis: Laela S.chudori
Penerbit: kepustakaan populer Gramedia
Terbit: Oktober 2017
Tebal: 379 halaman

Leila Salikha Chudori adalah penulis berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa cerita pendek, novel, dan skenario drama televisi. Leila merupakan salah satu sastrawan yang mengawali debutnya sejak anak-anak.

Dalam novel ini ditulis dalam sudut pandang, dari kedua karakter Biru Laut Wibisono dan Asmara Jati. Biru Laut adalah seorang Mahasiswa, yang mempunyai adik bernama Asmara Jati. Baik Laut atau Asmara Jati, keduanya menjadi tokoh utama dalam Novel tersebut. Dalam buku ini, Leila S Chudori mengundang kita untuk menyelami kasus penghilangan orang secara paksa. Buku ini terdiri atas 2 bagian. Bagian pertama mengambil sudut pandang seorang mahasiswa aktivis bernama Laut, menceritakan bagaimana Laut dan kawan-kawannya menyusun rencana, berpindah-pindah dalam pelarian, hingga tertangkap oleh pasukan rahasia. bagian kedua dikisahkan oleh Asmara, adik Laut. Bagian kedua mewakili perasaan keluarga korban penghilangan paksa, bagaimana pencarian mereka terhadap kerabat mereka yang tak pernah kembali, tak jelas keberadaannya, Juga tentang perasaan para korban selamat.

Matilah engkau mati
Kau akan lahir berkali kali
Itulah bait-bait puisi, ketika pertama membaca buku laut bercerita.

Laut bercerita ini mengisahkan seorang mahasiswa yang bernama Laut, dia kuliah dengan jurusan sastra Inggris di UGM. Ia memilih UGM karena ingin berdiskusi dan berbagi pemikiran-pemikiran untuk membangun Indonesia.

Di kampusnya, ia bergabung dengan kelompok aktivis Wirasena, yang bermarkas di Seyegan atau disebut juga Rumah Hantu, karena lokasinya yang jauh dari mana saja.

Kelompok Wirasena tersebut terdiri dari Kinan, Sunu, Alex, Daniel, Gala atau Sang Penyair, Gusti, Ahmad, Coki dan Naratama. Dirumah hantu itulah mereka sering berdiskusi tentang buku-buku karya pram, Rendra, dan buku-buku kiri yang pada saat itu dilarang pada masa orde baru, kepemimpinan pak Soeharto. Sekali ketahuan, mereka akan ditangkap polisi dan dijebloskan ke penjara.

Tahun 1998 menjadi tahun yang kelam dan gelap, dimana orang-orang hilang, disiksa, dan dibantai. Pada tahun itu juga, Laut beserta kawan-kawannya berhasil diringkus dan dijebloskan ke sebuah tempat yang keji. Mereka disiksa, disetrum berkali-kali, diberi semut rangrang, serta ditendang agar mau memberi kesaksian siapa dalang dari mereka (Wirasena), dan siapa yang membiayai kelompok itu selama ini.

Setelah berhari-hari disiksa, disetrum, dst, Laut dibawa ke sebuh tempat yang sama dengan namanya: Laut. Kemudian ia ditenggelamkan bersama dengan cerita yang belum sempat ia sampaikan kepada Indonesia.

Laut sempat membuat cerpen yang berjudul “Rizki belum pulang”, sengaja laut membuatnya dengan judul ini agar orang tuanya tidak khawatir dengan dirinya.

Laut dan teman-temannya yang lain tidak sempat merasakan hidup bebas dari kungkungan Orba. Namun kerja keras mereka dirasakan oleh orang-orang yang mereka sayangi.

Laut Bercerita menceritakan tentang kisah keluarga yang kehilangan, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa dan lancar berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan makam anaknya, dan tentang cinta yang tak akan luntur.

Novel ini sungguh luar biasa, karena dapat memberi kita wawasan lebih terkait sejarah bangsa kita sendiri pada masa orba. Namun menurut saya ada beberapa kekurangan juga dalam novel ini, yaitu mengenai alur ceritanya, novel Laut Becerita menggunakan alur campuran, maju-mundur, dan menggunakan bahasa yang berat atau lumayan sulit untuk dipahami. Jadi, jika membaca buku novel ini kita butuh sedikit konsentrasi dan pemahaman agar kita dapat mengikuti alur ceritanya. Akan tetapi, dengan adanya alur cerita maju-mundur akan membuat penasaran pembaca apa sebenarnya yang terjadi.

Penulis : Halimatus Sholihah
Penerbit : Tim devisi media Lpm Fum

 

 

RELATED ARTICLES

Follow My

https://api.whatsapp.com/send/?phone=6285717777301

Baca Juga

UNHASY Gelar Wisuda Program Sarjana ke-33 dan Pascasarjana ke-22

7
Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY) menggelar wisuda program Sarjana ke-33 dan Pascasarjana ke-22 bertempat di halaman kampus belakang UNHASY pada Sabtu, (10/08). Wisuda dimulai pukul 08.00...

Launching & Bedah Buku Gus Sholah “Sang Arsitek Pemersatu Umat” Dalam Rangka Haul Pertama...

182
LPM FUM – Tebuireng, Jombang, Selasa, (02/02), tepat satu tahun wafatnya Dr. (HC) Ir. KH. Salahaddin Wahid (Gus Sholah), Rektor Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy)...

Senin Puisi (SenPus) #Harapan

8
"Di mana ada kehidupan, di situ ada harapan." - Marcus Tullius Cicero Asa di Ujung Tanduk Oleh: Zanatul Faizah Ya Allah, kupasrahkan semua kepada-Mu Mati dan hidup berada...

Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Artificial Intelligence Bagi Mahasiswa

180
Moderatpers - Baru-baru ini dunia dibuat gempar oleh teknologi baru yang sedang ramai diperbincangkan. Kehadiran kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence membawa dampak yang cukup...

Mendekati Akhir Ramadhan, BEM FE UNHASY Adakan Santunan Anak Yatim

14
ModeratPers - Mendekati akhir Ramadhan, badan eksekutif mahasiswa Fakultas Ekonomi (BEM FE) Universitas Hasyim Asy'ari (UNHASY) menggelar santunan anak yatim di pantai asuhan Al...