Moderatpers.com – H. Irfan Asy’ari Sudirman atau yang akrab disapa Gus Ipang memberikan komentarnya seputar refleksi sejarah resolusi jihad untuk kaum muda milenial dalam acara Seminar Nasional yang diadakan oleh Pondok Pesantren Tebuireng pada Selasa, (9/11) di Aula Gedung KH. Yusuf Hasyim lt. 03.
Ia hadir langsung untuk menjadi narasumber seminar dengan membawakan tema “Jihad mempersiapkan generasi santri yang bermutu”. Untuk membuka materinya tersebut, cicit K.H Hasyim Asy’ari itu memberikan sedikit gambaran mengenai perbedaan zaman antara 10 tahun lalu dan hari ini, dengan menunjukkan foto handphone dan beberapa media lainnya.
“Zaman itu kan berubah setiap waktu ya. Kita juga harus mengikuti perubahan zaman. Kalau kata orang gini, setiap zaman ada orangnya dan setiap orang ada zamannya,” terangnya.
Baca Juga : Tebuireng Adakan Seminar Bertajuk “Refleksi Sejarah Resolusi Jihad Untuk Kaum Muda Milenial”
Selain itu, perubahan zaman juga menciptakan kebiasaan-kebiasaan baru, seperti mendengarkan lagu tidak lagi menggunakan radio analog, tapi bisa di Spotify. Menonton video bisa di YouTube, atau mengaji melalui aplikasi online.
“Kebiasaan ini 5-10 tahun lalu tidak ada, artinya 5-10 tahun kedepan akan ada kebiasaan baru lagi yang sekarang tidak kita lakukan, betul nggak? Nah… tinggal kita ini mau dimana (zaman)?” tanya founder Tebuireng Iniviates itu.
Meskipun demikian, menurut penuturannya dibalik banyaknya perbedaan pada setiap zaman, pasti ada satu kesamaan, yaitu sama-sama ada yang memiliki. Dan zaman sekarang adalah milik kaum muda milenial.
“Karena Milenial memiliki tendensi (kecenderungan) untuk berinovasi mengikuti perkembangan zaman. Itulah kalian-kalian yang ada disini,” jelasnya.
Tidak hanya memberikan sedikit gambaran tentang perbedaan setiap zaman, Gus Ipang juga memberikan perbedaan musuh yang kita hadapi sekarang dengan zaman terdahulu. Ia menjelaskan bahwa musuh Resolusi Jihad tahun 45’ adalah penjajah dari Belanda.
Sedangkan, musuh kita hari ini ada dua, yaitu kebodohan dan kemiskinan, “Ini yang harus kita perangi saat ini,” katanya.
Hal ini menimbulkan arti baru kata Jihad baginya, . jika pada zaman dulu jihad itu dengan menggunakan takbir, maka pada hari ini jihad itu bermakna ‘Jitu dan Harus Nekad’. Dalam hal ini kata jitu berarti Milenial harus jitu melihat masalah, solusi, dan melaksanakannya.
Sedangkan, kata ‘nekad’ diartikan Milenial harus . nekad memulai sesuatu yang baru untuk menciptakan sebuah terobosan dan inovasi baru.
“Seperti dalam urusan dakwah, kalau dulu dakwah itu kan di masjid, paling yang datang cuma 100, dan paling banyak ya 1.000 lah. Sekarang, coba lihat YouTube nya Gus Baha’ itu, Sampai 5,2 juta,” terangnya.
Dalam Hal Ini, Bagaimana dengan Pesantren?
Menurut Gus Ipang, pesantren juga harus berubah mengikuti perkembangan zaman, karena jika pesantren tidak mengikuti zaman, pesantren akan kehilangan momentum untuk memiliki zaman itu dan akan hilang digiling oleh perubahan zaman.
“Kalau nggak berubah, kita ibarat mobil kayu yang jalannya pelan, sedangkan yang lain itu sudah menggunakan mobil Tesla, mobilnya listrik yang jalanya sudah jauh (mengikuti perubahan),” terangnya saat memberikan analogi.
Putra sulung alm. Gus Sholah itu sangat mengapresiasi pondok pesantren yang mau mengikuti perkembangan zaman, seperti pesantren Tebuireng yang membangun Trensains Tebuireng. Selain itu, ia juga mengapresiasi kalangan PBNU yang mulai mengikuti perkembangan zaman dengan membuat aplikasi-aplikasi yang memudahkan warganya untuk selalu belajar dan beribadah.
Diakhir materinya, Gus Ipang menunjukkan jihadnya di Tebuireng dengan menjadi founder Tebuireng Iniviates yang akan membukukan ulang semua kitab-kitab dari Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari agar semua orang tahu tentang pemikiran sang pendiri NU, dan tidak hanya mengetahui wajahnya saja.
“Dengan membukukan ulang kitab-kitab dan pemikiran mbah Hasyim, dan menggunakan kecanggihan teknologi, menurut kami ini Jihad ala saya, lalu mana jihad kalian?” pungkasnya di akhir materi yang ia berikan.
Pewarta: M. Irfan Maulana
Editor : Rokhimatul Inayah