spot_imgspot_imgspot_img
Kamis, Februari 13, 2025
spot_imgspot_imgspot_img
BerandaBERITAKampusR.A. Kartini, Sang Pelopor Bangkitnya Perempuan Pribumi

R.A. Kartini, Sang Pelopor Bangkitnya Perempuan Pribumi


UKMP MÖDERAT -Penduduk peribumi adalah sekelompok orang atau keturunan dari penduduk asli, atau penduduk yang menjadi orang pertama yang menempati suatu tempat dan yang menciptakan budaya di tempat itu. Indonesia memiliki ratusan suku bangsa yang tergolong sebagai masyarakat peribumi. Mayoritasnya, ada di suku Jawa, kemudian Batak, Sunda dan Madura. Maksud yang terkandung dalam istilah peribumi tidak pernah menemukan titik terang sejak zaman dahulu. Istilah ini lebih sering diartikan dalam bentuk diskriminasi yang ditujukan kepada orang-orang yang dibedakan berdasarkan latar belakang sosialnya. Dari ketidakjelasan ini, penduduk peribumi seringkali di hinakan dan diperlakukan secara tidak adil.

Sejak zaman para Nabi, makhluk bernama perempuan tidak pernah dianggap setara selayaknya laki-laki di perlakukan. Itu disebabkan oleh lemahnya fisik yang dimiliki oleh perempuan. Terutama pada zaman jahiliyah, dimana perempuan bisa diperjual-belikan layaknya barang dagangan, dijadikan tawanan bahkan jaminan. Namun, kemudian Rasul terakhir, yaitu Rasulullah SAW datang membawa perubahan terhadap nasib para perempuan. Beliau memberi penegasan tentang seberapa berharganya seorang perempuan dalam sudut pandang agama. Meskipun argumen ini tidak diterima oleh beberapa golongan, setidaknya cukup membawa perubahan bagi kaum perempuan.

Nah, sama halnya dengan perlakuan yang ditetapkan terhadap para perempuan peribumi yang ada di Nusantara. Perempuan pribumi tidak diperkenankan untuk mendapat pendidikan yang setara dengan kaum laki-laki, bahkan kala itu perempuan tidak di perbolehkan untuk mengenyam Pendidikan sekolah. Perempuan harus patuh terhadap adat yang ada di lingkungannya, dan di perlakukan semesa-mena. Hal ini tentu menciptakan adanya ketidaksetaraan gender. Hingga kemudian lahirlah seorang pelopor pergerakan wanita yang memperjuangkan hak-hak yang sama yang harus di dapatkan oleh seorang perempuan.

Raden Adjeng Kartini, atau biasanya dikenal dengan nama R.A. Kartini adalah seorang perempuan pribumi yang lahir di Jepara, Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada tanggal 21 April 1879. Ia merupakan tokoh Jawa dan seorang pahlawan Nasional Indonesia. R.A. Kartini adalah seorang wanita muda yang menciptakan pergerakan kaum perempuan pribumi. Pada masa ini, perempuan pribumi yang mendapatkan pendidikan yang layak hanya ada pada golongan tertentu. Misalnya, keturunan langsung keluarga kerajaan yang ada di Jawa, atau keluarga yang tergolong maju dan pro dengan Belanda. Dan selebihnya, hanya mampu mengikuti kekangan adat yang berlaku.

Dalam menyikapi hal ini, R.A. Kartini menulis semua pemikirannya tentang kebebasan perempuan dalam menuntut ilmu. Ia mengimpikan kehidupan perempuan yang lebih maju pada masanya. Kemudian, beliau mendirikan madrasah khusus untuk perempuan. Beliau mengajari membaca dan menulis dari yang berusia balita hingga yang sudah dewasa. Meskipun banyak yang menentang perjuangannya, R.A. Kartini tidak pernah patah semangat dalam menyetarakan hak-hak bagi perempuan, hingga kemudian membuahkan hasil. Hal ini digambarkan dalam semboyannya yang berbunyi “Habis Gelap, Terbitlah Terang”.

R.A Kartini ingin menunjukkan bahwa perempuan itu tidak hanya ‘konco wingking’, artinya perempuan itu dapat berperan lebih dalam kehidupan sosial, berbangsa dan bernegara, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk menghormati jasa sang pelopor emansipasi wanita tersebut, Presiden Soekarno melalui Ketetapan Presiden RI, Surat No. 108 Tahun 1964 menetapkan R.A. Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Di surat yang sama pula, Presiden Soekarno menetapkan peringatan Hari Kartini sebagai hari besar Nasional yang jatuh pada tanggal 21 April setiap tahunnya. Tanggal tersebut dipilih sesuai dengan hari lahirnya R.A Kartini. Terlepas dari hal itu, setelah lebih dari satu abad pemikiran R.A. Kartini dikenal, memang berdampak revolusi besar terhadap kehidupan perempuan di Indonesia. Terlepas dari maraknya pelecehan dan diskriminasi yang di terima oleh para kaum wanita yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Namun, pasca merdeka, banyak kaum wanita yang mulai kita jumpai ikut menduduki jabatan pemerintahan, dan berprofesi tidak kalah dengan kaum pria. Sudah sejawatnya, jika emansipasi wanita harus kita hargai sebagai bentuk apresiasi terhadap sesama ciptaan ilahi.

Penulis : Alfi Maghfiroh
Editor : Rokhimatul Inayah
Penerbit : Tim media Ukmp MÖDERAT

11 KOMENTAR

  1. After research just a few of the weblog posts on your web site now, and I truly like your manner of blogging. I bookmarked it to my bookmark website list and will probably be checking again soon. Pls try my web site as nicely and let me know what you think.

  2. I do agree with all of the ideas you have presented in your post. They’re really convincing and will definitely work. Still, the posts are too short for starters. Could you please extend them a little from next time? Thanks for the post.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

RELATED ARTICLES

Follow My

https://api.whatsapp.com/send/?phone=6285717777301

Baca Juga

Pertama Kalinya, UKM PSM UTAC Adakan Pembaiatan Anggota Baru

Pertama Kalinya, UKM PSM UTAC Adakan Pembaiatan Anggota Baru

191
Moderatpers.com – Untuk pertama kalinya, Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Mahasiswa Unhasy Tebuireng Al-Wardah Choir (UKM PSM UTAC) melaksanakan pembaiatan atau peresmian anggota baru,...

Senin Puisi (SenPus) #Bebas-7

5
"Beberapa orang akan pergi dari hidupmu, tapi itu bukan akhir dari ceritamu. Itu cuma akhir dari bagian mereka di ceritamu.” - Faraaz Kazi Dalam Pusara Oleh:...
Sepak Terjang Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam Mendirikan Nahdlatul Ulama' di Tebuireng

Sepak Terjang Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam Mendirikan Nahdlatul Ulama’ di Tebuireng

183
Moderatpers.com – Siapa yang tak kenal Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari? Sosok maha guru pendiri pondok pesantren Tebuireng dan organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul...

Membangun Personal Branding untuk Dai: Strategi Efektif untuk Dakwah yang Lebih Luas dan Berkesan

35
Personal branding merupakan proses mempromosikan citra diri dan keahlian seseorang dengan cara yang terencana dan strategis. Dalam konteks dakwah, personal branding membantu memperluas jangkauan...
Halal bi Halal Prodi PAI, Signal Kuat Perkuliahan Offline Kembali

Halal bi Halal Prodi PAI, Signal Kuat Perkuliahan Offline Kembali

0
Moderatpers.com - Halal bi halal yang digelar oleh Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Unhasy pada Kamis, (26/05) menjadi indikasi kuat perkuliahan akan kembali...