Möderatpers.com – 21 April 2021 selalu di peringati sebagai hari Kartini Nasional. Jika menilik perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak dan emansipasi wanita, Raden Adjeng Kartini adalah sosok panutan dan pelopor bagi wanita Indonesia, termasuk Maskhurin Fajarina, M.Pd. Atau yang kerap disapa Mrs. Fajar.
Menempuh Pendidikan S1 di STAIN (IAIN) Kediri, dan S2 di UNISMA Malang, kemudian karirnya dimulai dengan menjadi seorang pengajar pendidikan di perguruan tinggi, atau kerap disebut dosen. Kiprahnya sebagai seorang dosen dimulai di almamaternya yaitu STAIN Kediri pada tahun 2010 s/d 2014, dan di STIKES Bina Sehat PPNI pada tahun 2011 s/d 2014.
Setelah itu, Ia melanjutkan menjadi dosen Bahasa Inggris di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Hasyim Asy’ari (FIP Unhasy). Beliau kerap menjadi panutan bagi mahasiswa/i nya. Tidak hanya dari kalangan mahasiswa Prodi Bahasa Inggris saja, tetapi juga hampir semua mahasiswa. Pasalnya, Ia juga mengajar di Lembaga Bahasa Unhasy dan menjadi direktur ‘Fajar English Pare Kediri’.
Pada peringatan Hari Kartini 2021 ini, Ia menyampaikan bahwa cukup banyak perempuan Indonesia yang saat ini dapat dikatakan Kartini masa kini. Kita sudah sering menjumpai, bahwa banyak perempuan yang tampil di depan publik, sukses di bidang ekonomi, menempati posisi penting dalam pemerintahan, dan jabatan-jabatan penting lainnya. Dan yang tidak kalah penting adalah banyak perempuan yang berhasil mencetak generasi-generasi terbaik bangsa. Meskipun, perempuan-perempuan itu tidak semuanya berperan dipublik, tetapi berperan penting dalam keluarga untuk mendidik anak-anaknya menjadi anak yang berilmu, berakhlak mulia, beriman dan bertakwa.
Sosok Ibu tiga anak ini, menyebutkan bahwa semua perempuan di Indonesia mempunyai hak yang sama sebagai warga negara Indonesia. Kesuksesan perempuan itu relatif, tergantung dilihat dari sudut pandang mana terlebih dahulu. Jika mengikuti pandangan manusia, secara umum perempuan suskes itu jika berkarir, mampu mengolah rumah tangga dengan baik, dan berperan aktif dalam masyarakat. “Tapi kalau menurut saya tidak. Perempuan sukses itu jika dia bisa melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik pada porsinya. Tidak harus memenuhi standar ketiganya, perempuan hanyalah manusia biasa yang punya keterbatasan. Tidak bisa dituntut untuk menjadi master semua,” Tegas Mrs. Fajar saat di wawancarai via WhatsApp, Kamis, (22/04).
Jika melihat keadaan dewasa ini, tentang pendidikan yang belum merata terutama bagi kaum perempuan, sebenarnya perempuan Indonesia telah mendapatkan hak untuk berpendidikan. Oleh karena itu, semua perempuan harus memanfaatkan itu. Bukan semata untuk karir atau jabatan, tetapi agar perempuan berilmu untuk kehidupan sehari-hari pula. “Sebenarnya, seharusnya kita tidak bilang minimnya pendidikan. Karena sebenarnya banyak jalan menuntut ilmu. Tetapi, umumnya yang dinamakan ‘pendidikan’ hanyalah pendidikan fomal. Mindset seperti itu perlu kita ubah, dan seolah-olah ilmu hanya di peroleh dari jenjang formal yang susah (bagi orang tidak mampu)” Ucapnya di tengah-tengah wawancara.
Kemudian, kondisi perempuan Indonesia saat ini banyak yang berlomba-lomba untuk bekerja ke luar negeri, bukan untuk bekerja di perusahaan atau menciptakan lapangan pekerjaan, melainkan menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang notabennya menjadi asisten rumah tangga. Menurutnya, untuk menjadi TKW boleh-boleh saja, akan tetapi harus TKW yang berilmu dan kreatif. Dan untuk pernikahan dini yang persentasenya semakin meningkat setiap tahunnya, hal itu terjadi bukan hanya karena kondisi ekonomi saja, tetapi banyak faktor. “Saya kira dengan kebijakan pemerintah yang membatasi usia juga cukup mengurangi tingkat pernikahan dini. Meski tidak menutup kemungkinan bahwa banyak faktor yang memengaruhi hal tersebut” Ujarnya.
Untuk menanggapi hal tersebut, menurutnya dimulai dari hal terkecil terlebih dahulu. Seperti orang yang sudah mengetahui dampak dari pernikahan dini akan bisa mengambil keputusan yang bijak atau menyampaikan info tersebut ke orang di sekitarnya. Perlu juga peran stakeholder (Tokoh masyarakat, pejabat, pendidik, kiai, tetua di masyarakat, penyuluh masyarakat, dll) memberi contoh atau menyampaikan info tersebut dengan tidak bosan-bosan sesuai konteksnya.
Akhir-akhir ini, sering pula kita jumpai tentang eksploitasi perempuan di layar kaca dan media sosial. Menanggapi hal tersebut, Mrs. Fajar mengatakan bahwa hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat ilmu dan pemikiran yang perlu di perbaiki dari dasar. Kalau kita melihat, memang sangat disayangkan. Tetapi, hal tersebut terkadang berada pada lingkaran setan, tidak melihat dari statusnya. Semua status masyarakat tentu memiliki masalah tersebut. Ego manusia baik laki-laki maupun perempuan yang tidak disertai ilmu yang baik, tentu akan saling menuntut hak tanpa melihat kualitas kewajiban masing-masing individu, dan tingkat untuk menghargai orang lain pun berkurang. Jika perempuan tidak mau di eksploitasi, maka harus berilmu. Kadang kita mengatakan bahwa hal tersebut eksploitasi, tetapi pelakunya sendiri tidak merasa kalau dia di eksploitasi. Ketika pelaku tidak merasa, maka hukum pun tidak berlaku.
Sebagai sosok perempuan yang tidak hanya berkarir, tetapi juga sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga, sosoknya sangatlah intern dan berpengaruh besar, baik di lingkungan pendidikan atau kampus, maupun keluarga dan masyarakat. Meyikapi hal tersebut, Ia bersama suami telah menyamakan visi dan misi. Sehingga ada hal-hal tertentu yang sudah di sepakati bersama untuk tidak terpengaruh oleh pihak luar. Baginya, kesuksesan dan keberhasilan dalam keluarga kecilnya tidak mengikuti standar orang-orang pada umumnya yang kadang hanya bersifat tampak. Misalnya, orang-orang akan menilai bahwa rumah tangga itu baik dan sukses apabila terlihat romantis, punya mobil, rumah, anak, jabatan karir melejit, penampilan mengikuti zaman, dll. Namun bukan demikian menurutnya, akan tetapi kesuksesan sesuai standar visi dan misi masing-masing. Sederhana saja, selalu melakukan hal baik (benar), mensyukuri yang ada (nikmat atau cobaan), ikhlas dan ridho akan ketentuan yang Allah berikan.
“Jadi, dalam melaksanakan tugas rumah tangga, ya kita bagi tugas rumah tangga. Saling menghargai posisi masing-masing. Saya sebagai istri ya sesuai waktunya dan kemampuan saya. Saya akui saya bukanlah perempuan yang expert dalam segala hal. Semua sesuai kebutuhan, mana yang prioritas pada saat itu, maka itu yang saya dahulukan. Meskipun kadang semua tidak bisa sempurna atau maksimal, hanya pada poin tertentu, tapi suami saya memakluminya,” ungkapnya menceritakan.
Tidak hanya mengajar dan menjadi Ibu rumah tangga, Ia juga menyempatkan waktunya untuk menulis beberapa buku sebagai seorang akademisi. Sosok tokoh panutannya dalam hal mengurus rumah tangga dan mengajar adalah Nabi Muhammad SAW, Mbah K.H Maimun Zubair, Gus Bahaudin Nur Salim atau yang kerap disapa Gus Baha’, dan masih banyak lagi. Impiannya sebagai seorang dosen atau tenaga pengajar adalah ingin menjadi manusia yang bermanfaat, dapat menjalani hidup sesuai perintah Allah dan menjauhi larangannya. Pesannya di momen hari Kartini 2021 ini kepada semua perempuan Indonesia adalah “Mari menjadi perempuan yang tidak lelah mencari ilmu. Menjadi perempuan yang bermanfaat, yang selalu mencari keberkahan dari Allah Swt”
Mrs. Fajar adalah satu dari jutaan wanita Indonesaia yang saat ini sedang berjuang dalam bidangnya masing-masing. Maka dari itu, di momen hari Kartini ini, mari bersama-sama untuk membenahi diri supaya bisa bermanfaat tidak hanya untuk pribadi, tetapi juga untuk orang-orang di sekitar kita, supaya mencerminkan Kartini masa kini dan dapat membanggakan negeri.
Pewarta : Rokhimatul Inayah
Penerbit : Tim media Ukmp MÖDERAT