spot_imgspot_imgspot_img
Sabtu, Juli 27, 2024
spot_imgspot_imgspot_img
BerandaBERITABEM Unhasy Gelar Kajian Islami “Membumikan Pemikiran Aswaja di Era Globalisasi”

BEM Unhasy Gelar Kajian Islami “Membumikan Pemikiran Aswaja di Era Globalisasi”

Moderatpers.com – BEM Universitas Hasyim Asy’ari menggelar kajian keislaman bertajuk Kajian Islam Ahlussunnah wal Jama’ah “Membumikan Pemikiran Aswaja di Era Globalisasi”. Acara yang diselenggarakan pada Kamis (26/11/2020) via zoom meeting dan live streaming youtube ini mendapat sambutan baik dari kalangan mahasiswa Unhasy sendiri dan masyarakat luas. Melalui wawancara via WhatsApp, Ketua Pelaksana acara Abdul Latif menuturkan bahwasanya terselenggaranya acara ini di latar belakangi karena kesadaran bahwa Unhasy sendiri memiliki basis Pesantren Tebuireng yang mana memang menjadi kiblat NU, dan NU pun kental dengan pemahaman ASWAJA. Maka dari itu, Kementrian Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) bekerja sama dengan Kementrian Kepesantrenan BEM – U, memprakasai membuka Kajian Aswaja ini untuk memberikan pemahaman Aswaja yang lebih mendalam terkhusus bagi mahasiswa Unhasy.

Acara Kajian Aswaja ini berlangsung sekitar 1 jam 30 menit, yang dimulai dari pukul 09.00 s/d 10.30 WIB. Dimulai dengan MC yang membuka dengan salam dan do’a, pembacaan ayat suci Al – Qur’an, Lagu Indonesia Raya dan Mars Unhasy, serta sambutan ketua pelaksana dan Presiden mahasiswa. Selanjutnya, acara dipandu oleh moderator, yang mana pada sambutan atau keynote speakernya di isi oleh KH. Abdul Hakim Mahfudz, pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang. Dalam sambutannya, Gus Kikin (sapaan akrab beliau) menjelaskan secara singkat dan rinci mengenai istilah Aswaja mulai dari zaman Rasulullah SAW hingga perkembangan masa kini.

Istilah Aswaja sudah muncul sejak zaman Nabi Muhammad SAW namun belum dijadikan sebagai suatu pedoman. Dalam sabda Rasulullah SAW, beliau bertutur bahwa Kaum Yahudi akan terpecah menjadi 71 golongan, Nasrani 72 golongan, dan umatku menjadi 73 golongan. Semua masuk neraka kecuali satu golongan yaitu orang – orang yang menganut ajaranku dan sahabatku. Kemudian di masa Ibnu Abbas, beliau mengatakan bahwa golongan itu adalah Aswaja. Sepeninggal Rasulullah SAW, dimulai dari masa Kekhalifahan Usman bin Affan sudah mulai timbul perpecahan, dan semakin menjadi di masa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Saat itu muncul golongan – golongan Islam ekstream seperti Khawarij, Syiah, dll.

Hadratus syaikh KH. Hasyim Asy’ari, menuliskan Kitab Risalah ASWAJA, dalam kitab tersebut dicantumkan bahwasanya sejak tahun 1330 H banyak sekali perpecahan dan aliran – aliran baru masuk ke Indonesia yang sebelumnya di Indonesia hanya ada satu golongan. Maka penting bagi kita untuk membedakan manakah Aswaja yang sesuai dengan ajaran Rasul dengan golongan – golongan lain, terutama di era globalisasi ini. Dimana informasi menyebar dengan cepat, banyak info yang tersebar yang sumbernya darimana kita tidak tahu, tidak jelas sanadnya pula. Maka wajib bagi kita mempelajari langsung peninggalan Hadratussyeikh, supaya bisa menyampaikan pada masyarakat luas. Dan ini penting bagi kita untuk menyampaikan pada generasi setelah kita juga supaya tidak melupakan warisan para ‘Ulama dan Insya Allah sanadnya sampai ke Rasulullah SAW.

Dengan pengantar dari Gus Kikin yang sangat jelas, selanjutnya KH. Yusuf Suharto selaku pemateri dan Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, menjelaskan kajian Aswaja secara detail. Beliau menjelaskan dari 73 golongan yang sudah dijelaskan oleh Gus Kikin sebelumnya. Karena umat Islam itu tentu masuk surga, yang pertama masuk itu An-Nahdhiyah, karena akidahnya benar, selamat, tidak ada bid’ahnya. Tetapi golongan lain masuk neraka terlebih dahulu sebelum ke surga, ya karena akidahnya itu tadi. Jika seorang umat itu sudah mengucapkan La ilaa ha illallah, maka ada kesempatan untuk masuk surga. Ahlussunnah itu mudahnya diartikan sebagai pengikut sunnah nabi. Sedangkan wal jama’ah itu pengikut (jamaah) sahabat, komunitas kaum muslimin dari masa ke masa yang berpedoman pada ajaran nabi dan sahabat.

Maka, NU tidak hanya menggunakan Ahlussunnah saja, tetapi juga wal jama’ah. Karena Islam ada ijma’ ulama, kolektifitas itu penting. Jamaah pertama adalah sahabat, kemudian tabi’in, tabi’un tabi’in. Nah, kenapa kita perlu mengenalkan Aswaja di era globalisasi ini? Tentu penting, mengingat banyaknya golongan – golongan kecil yang bermunculan saat ini. Karena istilah Aswaja sudah dikenalkan rasul sendiri. Aslinya ummat Islam ini baik semua, hanya ada sedikit yang menyimpang akidahnya, karena ini pula mucul Khawarij, Mu’tazilah, Syi’ah, dsb, sehingga dari 73 golongan ini satu yang selamat yaitu Aswaja (ini sesuai dengan hadits yang di kutip oleh Imam Al – Ghazali dan As-Syahrastani). Aviliansi pengikut Aswaja di dunia sekitar 85 – 90 %. Sedangkan yang lainnya adalah golongan – golongan kecil.

Jika berbicara soal masuk surga atau tidak, ini mutlak urusan Allah. Perlu kita ketahui, dalam sejarah disebutkan bahwa bid’ah akidah pertama dilakukan oleh Khawarij, ia mengkafirkan syaidina Ali, dsb pada masa itu. Sedangkan golongan terbesar dari 72 itu adalah Syiah dan Mu’tazilah, dan jika kita lihat yang berkembang saat ini adalah Syi’ah di Irak. Toleransi yang dikembangkan itu ilmien atau tidak membabi buta. Karena, takutnya tukar menukar antar akidah. Yang terkenal menjadi nilai pokok Aswaja adalah tawasuth (moderat) itu tadi, artinya tidak ekstrem kiri dan kanan. Ekstrem kanan contohnya seperti yang tidak wajib, di wajib – wajibkan, terlalu baper pada agama atau pada suatu pendapat. Sedangkan ektrem kiri itu seperti sesuatu yang wajib menjadi tidak wajib, nah ini longgar, memudah – mudahkan.

Secara garis besar Aswaja itu seperti yang di kutip oleh Mbah Fadhal Senori Tuban dalam kitabnya Syarh Al-Kawakibul Lama’ah, secara sederhana, dalam bidang akidah mengikuti pola manhaj Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturiti. Imam Abu Hasan Al – Asy’ari ini hidup di masa peralihan dari Salaf ke Khalaf, yaitu (324 H). Kenapa dinisbatkan pada beliau? Apakah sebelum beliau tidak ada Aswaja? Tentu ada seperti pada hadits yang telah diturutkan oleh Rasulullah. Namun, pada masa itu, hanya sebagai istilah saja, belum seperti masa Imam Abu Hasan dan sekarang ini yang menjadi suatu paham. Abu Hasan ini setelah usia 10 tahun di asuh dan di ajar oleh ayah tirinya yaitu Al – Juba’i (‘Ulama Mu’tazilah).

Setelah lama belajar, Abu Hasan menyadari bahwa banyak ajaran Mu’tazilah yang tidak rasional dinyatakan rasional. Akhirnya ia berdebat dengan Al – Juba’i dan kemudian berdiam diri, mengurung diri selama beberapa hari. Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu Rasulullah. Rasulullah berkata padanya “Wahai Abu Hasan, tolonglah mazhabku, ajaranku”, sampai 3 kali. Sehingga Ia pun berfikir dan terus belajar hingga menuliskan banyak kitab. Setelah sekian lama, akhirnya Ia berpidato di Masjid dan mengatakan bahwa Ia sudah melepas Mu’tazilah. pengaruhnya sangat besar kala itu, sehingga Ia mendapat banyak pengikut. Jadi, Abu Hasan ini semasa kecil beraliran Sunni, kemudian beranjak besar Mu’tazilah, dan kemudian menjadi Aswaja.

Ternyata di Tsamarkan (Asia Tengah) juga ada Imam dengan pendapat yang sama yaitu Imam Abu Mansur Al – Maturiti. Tetapi, beliau berdua ini bukanlah pendiri Aswaja, melainkan pemimpin Aswaja atau pendobrak, penerus dari kaidah – kaidah dan akidah sesuai ajaran Rasul. Hanya lebih di tafsirkan, dan diperkenalkan lebih jauh, serta memeperdalam pula ilmu kalam. Mudahnya, ciri – ciri kaidah Aswaja ini bisa kita lihat yaitu tidak mudah mengkafirkan atau membid’ahkan atau menyimpulkan, kemudian mensifati sifat Allah dengan sifat kesempurnaan tidak dengan sifat kemanusiaan, dan tentunya mencintai sahabat dan ahlul bait secara proposioanal.

Setelah memaparkan kajian yang cukup kompleks, tibalah pada sesi diskusi atau tanya jawab. Antusiasme peserta sangat terlihat dengan banjirnya banyak pertanyaan. Mereka mempertanyakan korelensi Aswaja masa kini, dengan menyangkut pautkan dengan banyaknya kasus dan golongan – golongan atau ormas – ormas Islam yang sering mengakfirkan satu sama lain dan sering membuat kegaduhan negara. Mulai dengan keinginan para ormas yang ingin membuat negara khilafah, kemudian aksi – aksi yang menjurus pada perpecaahan dan memecah belahkan persatuan. KH. Yusuf Suharto menjelaskan secara komprehensif tentang bagaiama seharusnya kaum Nahdhiyin mengahadapi dan menyikapinya. Tentunya tetap pada jalur moderat, dan tidak mudah terbawa arus.

Tanpa terasa waktu diskusi mencapai penghujung acara, meskipun masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Namun, kajian ini nantinya akan ada keberlanjutan pada semester depan ketika perkuliahan sudah kembali offline. Ketua pelaksana menuturkan bahwa diakhir periode atau kajian, akan menghadirkan pemateri dari Aswaja Center pusat. Untuk gebrakan di kajian selanjutnya yang sifatnya sudah offline, pihak BEM – U akan mensosialisasikan kepada seluruh mahasiswa Unhasy betapa pentingnya pemahaman keaswajaan ini untuk bekal kita juga ketika kembali ke daerah masing – masing.



Pewarta : Rokhimatul Inayah
Editor : Ahmad Faris Ihsan Syafri

Avatar photo
Rokhimatul Inayahhttps://campsite.bio/inayahzeen
Mahasiswi Unhasy yang sedang berproses menulis di UKMP Moderat dan Arusmedia.online

120 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

RELATED ARTICLES

Follow My

https://api.whatsapp.com/send/?phone=6285717777301

Baca Juga

sumber: freepik.com

Tak Kunjung Publikasi Hasil Pemira, KPUM Beri Jawaban

122
ModeratPers – Kontestasi demokrasi pada Pemilihan Umum Raya (Pemira) Mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari telah memberikan hasil akhirnya. Menilik pada Selasa (12/12) dan Rabu (13/12)...

BEM FAI Unhasy Gelar Aksi Galang Dana Untuk bencana alam Indonesia

47
LPM FUM – Jombang, Minggu (24/01), dalam menyikapi banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia seperti gempa bumi, banjir, dan longsor yang disebabkan oleh...

Cerita Ashar Muzakki, Mahasiswa Unhasy Yang Lolos KMI Expo XII 2021

1
Modertapers.com – Muhammad Ashar Muzakki merupakan salah satu peserta Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) Expo XII tahun 2021 di UB (Universitas Brawijaya) Malang. Ashar, sapaan akrabnya,...

PESILAT UNHASY HARUS JOMBLO

0
Universitas Hasyim Asyari Tebuireng Jombang,salah satu Universitas yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Tebuireng,di Universitas Hasyim Asyari mahasiswa bukan hanya di ajarkan ilmu intlektual,agama melainkan...
(Sumber gambar: suara.com)

Sejarah Memperingati Hari Olahraga Nasional

0
  Moderatpers.com- Indonesia memperingati Hari Olahraga Nasional (Haornas) pada setiap 9 September. Menilik sejarah, peringatan Haornas tak bisa lepas dari gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON)....