Moderatpers.com – Krisis tenaga kerja pada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang semakin tinggi. Buruh tani di desa tersebut sangat terbatas. Hal itu karena banyak yang memilih berwirausa dan bekerja ke luar kota di perkantoran daripada harus merawat ladang atau sawah.
“Jadi petani itu susah, banyak yang lebih memilih membuka usaha sendiri karena dianggap lebih mudah,” kata Siti Zainab, salah satu anggota Gapoktan Desa Bandung saat diwawancarai pada pada Jumat, (17/12).
Menanggapi hal itu, Istimarok Odif, (18) salah satu pemudi di Dusun Bandungsari, Desa Bandung mengungkapkan, bahwa ada 2 penyebab rendahnya minat para pemuda untuk menjadi petani di desanya itu.
Pertama, dikarenakan petani adalah pekerjaan yang harus dihadapkan dengan aktivitas yang berat, dan bekerja secara fisik. Hal ini mengakibatkan cara berpikir para pemuda berubah. Pemuda lebih memilih untuk bekerja kantoran di ruangan ber-AC daripada harus bekerja di bawah terik matahari.
Kedua, penyebab rendahnya minat pemuda menjadi petani dikarenakan oleh stereotip masyarakat sekitar yang memandang rendah seorang pemuda jika menjadi petani.
“Iya, banyak yang malu untuk menjadi petani muda, karena dianggap rendah oleh masyarakat sekitar, “ tegas gadis pribumi Desa Bandung itu.
Baca Juga : Dibalik Cerita Rofiq, Sukses Sebagai Peternak Ikan Koi
Akibatnya, banyak pemilik lahan yang memperkerjakan orang luar desa dengan sistem bagi hasil sesuai dengan kesepakatan. Dari pengamatan tim redaksi yang dikutip dari berbagai sumber, dewasa ini memang banyak pemuda yang tidak memiliki minat menjadi seorang petani.
Hal ini terlihat dari rata-rata warga sekitar yang bekerja di sektor pertanian, yaitu kelompok usia 50 tahun ke atas.
Jika hal ini terus terjadi, menurut Istimarok, akan membawa dampak negatif bagi Indonesia kedepannya.
“Dampaknya pasti akan negatif, contohnya wilayah persawahan akan digeser perumahan dan industri. Terus nanti kita akan impor komoditas pertanian dari luar, “ jelasnya.
Baca Juga : Warga Memelihara Makam Mbah Ronggot, Sebagai Bentuk Rasa Terima Kasih Atas Jasanya Semasa Hidup
Melihat fenomena itu, Istimarok menyebutkan, bahwa cara untuk menghadapi krisis petani muda ini dapat dilakukan dengan mengubah mindset masyarakat sekitar, dan mulai melakukan inovasi-inovasi baru untuk dapat memajukan pertanian.
“Karena arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, harusnya para pemuda dapat mengembangkan inovasi-inovasi baru untuk memajukan pertanian,” tutupnya.
Kontributor : Kelompok 2 PJTD UKMP Moderat
Editor : Rokhimatul Inayah