spot_imgspot_imgspot_img
Minggu, September 8, 2024
spot_imgspot_imgspot_img
BerandaBERITAKampusSuara Mahasiswa Unhasy, Perkuliahan Semester Depan Daring atau Luring?

Suara Mahasiswa Unhasy, Perkuliahan Semester Depan Daring atau Luring?

LPM FUM – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memperkirakan bahwa pembelajaran daring (dalam jaringan) di perguruan tinggi akan permanen. “Menurut saya di universitas, online learning itu akan menjadi suatu hal yang permanen,” tegasnya dalam acara Indonesia Bicara yang disiarkan melalui kanal Youtube Media Indonesia pada Kamis (5/11/2020).

Lima belas hari selang pernyataannya yang menuai pro kontra dari banyak mahasiswa di seluruh Indonesia, Mendikbud kembali memberikan pengumuman berbeda pada Jumat (20/11/2020) pada konferensi pers nya di Jakarta Pusat. Ia menegaskan bahwa “Pembelajaran tatap muka tidak hanya untuk jenjang PAUD hingga SMA/SMK tetapi juga perguruan tinggi”. Aturan perkuliahan tatap muka pada perguruan tinggi, saat ini sedang disusun oleh Ditjen Dikti. Pemerintah memberikan keluasaan pada Pemda untuk melakukan pembelajaran tatap muka mulai semester genap 2020/2021 atau Januari 2021. Mendikbud juga menegaskan bahwa pembelajaran tatap muka termasuk di perguruan tinggi, dapat dilakukan dengan izin tiga pihak yakni Pemda atau Kanwil/Kantor Kemenag, satuan Pendidikan yang sudah memenuhi daftar periksa dan siap pembelajaran tatap muka, serta tentunya orang tua.

Mengapa izin pembelajaran tatap muka diberikan ke Pemda? Karena Pemda merupakan pihak yang paling mengetahui kondisi dan kebutuhan daerahnya, kondisi dan kebutuhan kecamatan/desa/kelurahan pada suatu kabupaten/kota yang sama dapat sangat bervariatif antara satu dengan lainnya, serta pengambilan kebijakan pada sektor Pendidikan di saerah harus holistik dan selaras dengan kebijakan pada sektor lain di daerah.

Menanggapi hal tersebut, pemerintah Jawa Timur segera ambil langkah bijak. “Kami, segera ambil tindakan mengenai keputusan Bapak Mendikbud tersebut, Saya berharap persiapan untuk bisa melakukan proses belajar yang lebih massif, sedang kita maksimalkan,” ujar Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jatim) pada Selasa (24/11/2020). Lantas, apa tanggapan mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang mengenai pernyataan Kemendikbud yang notabennya sudah memperbolehkan kuliah dalam keadaan luring (luar jaringan) atau offline?

Berdasarkan survei yang diadakan oleh Redaktur Fews and News UKM LPM FUM Unhasy selama 48 jam yang dimulai sejak tanggal 22 November, dan ditutup pada 24 November 2020, sebenyak 917 mahasiswa yang mengisi angket, 92,9 % atau sekitar 852 mahasiswa menyatakan setuju. Sedangkan 7,1 % atau sebanyak 65 mahasiswa menyatakan tidak setuju. Secara garis besar, mahasiswa yang memilih pembelajaran semester depan kembali offline adalah dikarenakan sudah bosan, jenu jika terlalu lama di rumah, tidak efektif karena tidak bertatap muka secara langsung dengan teman dan dosennya, kurangnya referensi saat mengerjakan tugas, serta tugas – tugas praktek di laboratorium dan yang mengharuskan terjun langsung di lapangan terkendala dan tentunya kendala signal atau jaringan.

Bahkan dengan alasan polosnya, banyak mahasiswa yang menuliskan alasannya bahwa jika terus – menerus online, mereka tidak dapat uang jajan. Dengan alasan kritis pula, banyak mahasiswa yang memberikan alasan lengkap seperti sekolah secara online, sudah bodoh tambah bodoh, kebanyakan dosen hanya memberikan tugas tugas saja, sehingga mahasiswa tidak tahu apa yang masih kurang dan perlu di tambahkan, sudah benar atau belum. Menurut mereka juga penduduk Indonesia itu menurut sensus penduduk lebih dari 260 juta jiwa, tapi kasus Korona hanya mencapai ribuan kasus saja, artinya tidak sampai 50 % penduduknya terkena korona , dan mengenai soal angka kematian, orang mati selalu ada setiap hari. Hal yang paling bodoh adalah ketika kami tinggal di asrama yang seharusnya di lock down di dalam asrama tapi malah di suruh pulang, yang malah akan memperbesar kemungkinan kontak dengan orang luar yang sudah terinveksi virus, DPR RI saja masih bisa mengesahkan omnibus law padahal lagi lock down, dan yang demo kemarin mereka baik-baik saja, dan masih hidup sampai saat ini.

Sementara itu, alasan mahasiswa yang memilih tetap dalam pembelajaran daring adalah dikarenakan mereka sudah nyaman dengan keadaan daring seperti ini, tidak mau ribet jika kuliah luring harus memakai masker, mematuhi protokol kesehatan, tes swab dsb, selain itu akan lebih efisien bagi mahasiswa yang bekerja pula, mereka bisa membagi waktu dengan mudah. Mereka juga mengatakan bahwa angka perseberan Covid – 19 ini bukannya semakin menurun malah semakin meningkat. Jika perkuliahan offline, maka akan bertemu banyak orang dari berbagai daerah, dan itu akan mempercepat persebaran virus.

Selain membuat angket survei opini mahasiswa melalui google form, Redaktur Fews and News juga mewawancarai secara langsung via WhatsApp kepada beberapa perwakilan mahasiswa dari berbagai kalangan. Yang pertama adalah dari kalangan organisatoris yaitu M. Farosya Asy’ari, yang saat ini menjabat sebagai ketua DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) Unhasy Periode 2020/2021. Ia mengatakan bahwa sangat setuju jika perkuliahan kembali offline seperti sedia kala. “Karena daring banyak kendala dan kita dihadapkan oleh situasi yang belum pernah dialami. Banyak kegiatan universitas yang terkendala, mulai dari kegiatan belajar yang tidak efektif, penelitian lapangan tersendat, hingga banyaknya kekosongan kegiatan organisasi mahasiswa. Kita memahami bahwa minat mahasiswa terhadap organisasi menurun, padahal di dalam organisasi mahasiswa dapat mengembangkan skill yang dimiliki, apalagi mahasiswa baru yang tidak tahu menahu soal organisasi di universitasnya”, tutur Ketua DPM pada wawancara online pada (22/11/2020).

Tidak sampai disitu, Ia pun kembali menjelaskan gambaran kegiatan perkuliahan jika esok kembali offline. “Kami dari DPM -U selalu berkoordinasi dengan seluruh jajaran ORMAWA (Organisasi Mahasiswa) supaya dapat mengoptimalkan kegiatannya walaupun di masa pandemi. Beberapa kali Saya dengan rekan DPM -U melakukan dialog dengan Prof. Haris selaku rektor dan Pak Mif selaku kemahasiswaan, membicarakan prospek kedepan mau dibawa kemana. Karena kami sadar, bahwa pandemi akan membawa permasalahan yang kompleks. Seperti dulu awal pandemi, banyak mahasiswa yang menuntut untuk diberi kepastian daring, menuntut peringanan SPP / UKT, hingga menuntut pengubahan sistem KKN. Kalaupun nanti benar – benar dibuka pembelajaran tatap muka, saya sudah memberikan interuksi dua hari kemarin kepada ketua BEM -U untuk mengkoordinasikan seluruh ORMAWA untuk segera membersihkan wilayah kampus. Menimbang banyaknya halaman yang tidak terawat selama ditinggal oleh mahasiswa. Harapan saya adalah memberikan kesan pertama kepada mahasiswa baru yang pertama kalinya mereka menginjak kampus”.

Mahasiswa kedua yang kami wawancarai adalah dari kalangan mahasiswa yang dipulangkan ke rumah masing – masing sejak awal Covid – 19 Maret lalu. Ia adalah Yessi Faridah Dwi Fauziyyah, Mahasiswi Ekonomi Islam semester 3 yang kini masih tetap di rumah orang tuanya di Kalimantan Timur. Ia menuturkan “Menurut saya, karena pandemi saat ini kan kita tidak bisa memastikan kapan berakhirnya, saya pribadi sudah capek banget sama yang namanya kuliah online. Mungkin gak hanya saya yang capek, tapi banyak mahasiswa yang sama halnya dengan saya, kenapa bisa bilang begitu? Ya, karena kebanyakan selama ini kuliah online ini dosen – dosen lebih sering memberikan kita tugas, terus kalau presenstasi, kita jadi tidak maksimal. Materinya juga benar – benar tidak 100% masuk ke otak. Kalau semisal beneran jadi tahun depan akan normal lagi kuliah offline, kalau saya pribadi sangat senang. Karena kami juga butuh merasakan fasilitas kampus, semisal juga kalau di rumahnya pedesaan, susah signal, kan kasihan. Lebih baik kuliah offline dan tetap mematuhi protokol Kesehatan. Selain itu, harapan saya jika kembali kuliah offline adalah fasilitas kampus lebih di lengkapkan lagi, contohnya kaya kipas angin di kelas bisa di tambah, supaya tidak pengap, apalagi masa pandemi gini kan kita harus tetap mematuhi protokol kesehatan, ya berarti kita tetap memakai masker. Dan karena mahasiswa satu kelas lebih dari 30 orang, maka dengan penambahan fasilitas pendingin ruangan, akan mengurangi gerah karena berkumpulnya banyak orang. Dan semoga akreditasi fakultas bisa kunjung naik dan semakin baik, supaya fakultas baru seperti ekonomi ini semakin banyak peminatnya”.

Dari kalangan mahasiswa yang memilih tetap di pondok pesantren dan tidak pulang, kami mewawancarai Ika Suhaimin Putri, Mahasiswi Manajemen Pemasaran semester 7 yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Pendapatnya adalah “Menurut Saya, kegiatan pembelajaran daring itu bisa dibilang kurang efektif, karena kurangnya komunikasi antara dosen dan mahasiswanya. Jadi kaya terkadang ada salah – salah informasi atau ketika dosennya sibuk itu, kami susah menghubunginya. Jadi, Ketika mahasiswa tidak paham dengan materinya, seharusnya kalau di kelas, kami bisa menanyakan langsung, tapi berhubung ini daring, ya sudah daring saja, dianggap paham saja, yang penting sudah kelar, selesai kuliahnya. Jadi, tidak ada dorongan untuk bertanya, atau mungkin mahasiswa yang penasaran ya penasaran saja tapi tidak semua mau berusuara, karena malas, sehingga tingkat partisipasinya kurang dan menurun, dikarenakan seperti jaringannya, kuota, dsb. Tapi kalau luring itu lebih efektif, Kami ada dalam satu ruangan saat pembelajaran. Jadi saya sangat setuju, jika pembelajaran kembali luring, apalagi semester tua kaya gini kan kami butuh bimbingan secara langsung untuk skripsi. Kalau lewat daring seperti ini takutnya banyak kesalahpahaman, kaya gak terlalu paham. Kalau semisal kembali luring, akan lebih mudah untuk bimbingan karena bertatap muka secara langsung, akan lebih cepat memahami dan akrab dengan dosen pembimbing. Luring itu lebih santai. Kalau daring, mau banyak bertanya lewat chat, kebanyakan mahasiswa merasa lebih tegang, dan tidak enak kalau chat berulang – ulang, jika sekali dijawab, ya sudah tidak berkelanjutan, karena sungkan jika lewat chat itu tadi. Nah, Kalau harapan saya sendiri untuk semester depan jika kembali luring sebenarnya dengan adanya cobaan ini, kita sadar bagaiamana menghargai waktu. Besok kita bisa lebih menghargai waktunya, dosennya, dan harus lebih semangat”.

Jika melihat mayoritas opini mahasiswa, mereka memilih perkuliahan kembali dalam keadaan luring atau offline. Lantas, bagaimana kebijakan Pemda Jawa Timur dan kampus sendiri di Januari 2021 mendatang? Apakah sudah benar – benar offline atau masih kembali online?


Pewarta : Rokhimatul Inayah
Editor : Ahmad Faris Ihsan Syafri

127 KOMENTAR

  1. Howdy, i read your blog occasionally and i own a similar one and i was just wondering if you get a lot of spam feedback? If so how do you prevent it, any plugin or anything you can suggest? I get so much lately it’s driving me crazy so any assistance is very much appreciated.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

RELATED ARTICLES

Follow My

https://api.whatsapp.com/send/?phone=6285717777301

Baca Juga

Ramadan dan Segala Tradisinya di Indonesia

107
UKMP Moderat – Senin, (12/04) Pemerintah melalui Kementrian Agama menetapkan 1 Ramadan 1442 Hijriah jatuh pada 13 April 2021. Ketetapan itu diputuskan dalam sidang...

Resensi Novel Teruslah Bodoh Jangan Pintar

3
Identitas Buku Judul Buku        : Teruslah Bodoh Jangan Pintar Pengarang          : Tere Liye Penerbit              : PT. Sabak Grip Nusantara Tahun Terbit       : 1 Februari 2024 Jumlah Halaman: 371 halaman Nomor...

Preview Film “Taare Zameen Par”

51
Judul Film : Taare Zameen Par Tanggal Rilis : 21 Desember 2007 Negara : India Sutradara : Aamir Khan Penulis : Amole Gupte ...

Membangun Interaksi yang efektif dalam Dakwah

53
Dalam dunia dakwah terdapat 2 unsur yang akan dibahas yaitu da’i, seorang penyampai pesan kebaikan dan mad’u, sasaran dakwah atau pendengar pesan kebaikan yang...

“Pentingnya Revolusi dalam mereformasi bangsa indonesia.”

0
Identitas BukuJudul: Reformasi dan Elemen-elemen RevolusiPengarang: Setiawan DjodyPenerbit: PT Elexmedia Komputindo Kompas GramediaTahun Terbit: 2009Tebal: 165 Halaman Buku ini merupakan buah pikiran sekaligus sumbangsih...