“Hidup itu sederhana, kita yang membuatnya sulit.” – Confucius.
Suasana dan Rasa
Karya: Kuni Faizati
Rintikan hujan dengan kenangan
Membasahi ingatan yang hampir terlupakan
Meredupkan keputusan untuk selalu mengabaikan
Dan meminta tinggal untuk terus dikenang
Aku terdiam
Meratapi bimbang yang menyerang
Menyaksikan sinar jingga yang hadir di tengah kegelisahan
Menikmati suasana rasa yang sulit dituntaskan
Hingga awan mulai menghitam
Saatnya aku untuk pulang
Jombang, 15 April 2022
Baca Juga: Senin Puisi (SenPus) #Ketuhanan
Semu Belaka
Karya : Naim Maunah
Rindu mu itu kemana
Padahal kau tau disini adalah ujung nya
Kau anggap aku apa
Bukahkah orang tulus selalu di sayangi
Lalu kenapa aku selalu kau sakiti ?
Sejujurnya aku kau jadikan apa
Tameng persembunyian ?
Atau cuma kau jadikan bahan pelampiasan
Tempo dulu kau datang membawa sejuta harapan
Tiba-tiba kau buang hingga tak kau pedulikan
Kau anggap aku apa
Bukan kah aku tujuan terakhir mu
Atau aku hanya menemani masa luang mu
Surabaya, 13 April 2022
Sapa rayuku
Karya : Tania Ifdi Wulandari
Aku sedang merayumu
Mengapa gerangan kau mengelak
Apa kau tau rayuanku punya tujuan tertentu
Yang berarti tidak benar-benar merayumu
Tolonglah ini aku sedang merayumu
Dengan tidak iklas
Dituntun banyak alasan
Tertuntut berat pikiran
Apa yang ku mau ?
Aku sedang mencarimu
Yang ternyata ada pada diriku.
Jombang, 12 april 2022
Jadikan Aku Tujuan Bukan Pilihan
Karya: Na’im Amanah
Kau tau seberapa besar aku mencintaimu
Dengan jutaan wanita penggoda yang ingin merenggut mu dariku
Dengan peliknya kau menepis janji itu
Kau lupa akan semua kata yang kau ucap dulu
Aku
Kau anggap apa ?
Tujuanmu menjadikan aku apa dikehidupan mu?
Bukankah Sebenernya kita bisa bersatu?
Tapi mengapa seakan kau acuh?
Kau, mau jadikan apa aku di kehidupanmu?
Raih lah aku
Perjuangan kan aku
Ingat aku akan selalu menjadi rumah bagi mu
Karena, kau lah tujuan terakhir dalam skenario cintaku
Pulanglah, jadikan aku tujuan terakhir dikehidupan mu
Surabaya, 14 April 2022
Dibalik Penjaraku
Karya: Olivia ACe
Lagi-lagi membicarakan diriku sendiri yang membosankan. Lagi-lagi mencibir diri sendiri. Lagi-lagi berangkat pada tubuh yang setia menemani keanehanku ini.
Kasih, aku beri tahu tentangku yang sebenarnya klise. Mengapa kau? Karena sisa waktuku akan bersamamu.
Aku sudah bertahun-tahun tinggal bersama ketakutan. Aku merawat akar-akar kecewa yang ditutup dengan tanah senyum serta tumbuh kembang tawa. Aku menyimpannya di dalam rumah hingga tidak ada seorangpun yang melihat. Aku pelit menerima tamu, entahlah.
Bagaimana caranya keluar dari itu? Aku bertanya kepadamu seolah kamu memiliki kuncinya. Sedangkan, kita berdua sama-sama tidak tahu. Sudahlah kasih, jangan bicara tentang ada kehidupan dalam diriku. Aku telah melihat mati sepanjang hidupku; dalam diriku.
Purworejo, 25 April 2022