spot_imgspot_imgspot_img
Jumat, Mei 30, 2025
spot_imgspot_imgspot_img
BerandaUNEK-UNEKOpiniKenapa Sih, Kita Suka Menunda-nunda (Pekerjaan) ?

Kenapa Sih, Kita Suka Menunda-nunda (Pekerjaan) ?

Moderatpers – Pernah nggak, kita mendapat tugas baik tugas kuliah atau tugas kerjaan, tapi ada aja cara kita untuk tidak mengerjakan. Kita justru milih melakukan pekerjaan atau aktivitas lainnya. Parahnya, kadang itu terulang berkali-kali. Nah, kalau itu terjadi berarti kita sedang terjangkit perilaku “menunda-nunda” pekerjaan.

Menunda-nunda pekerjaan bukan hanya perilaku yang dikonotasikan negatif, tetapi merupakan sebuah “gangguan”. Tentu penggunaan istilah “gangguan” ini dapat dipertanyakan, karena secara medis menunda-nunda tidak memenuhi definisi penyakit. Namun, dari perspektif psikologis, menunda-nunda adalah sebuah kondisi psikologis yang dapat dikategorikan sebagai gangguan.

Mengapa menunda-nunda dianggap sebagai gangguan?

Menunda berarti tidak melakukan. Tidak melakukan tersebut bukan hanya berarti menghapus atau menjadikan tidak ada (nihil). Tetapi, tidak melakukan karena menunda itu berarti menahan atau menangguhkan, yang berarti menghentikan sementara hal-hal yang ditahan tersebut. Jika ini terjadi berulang kali, maka bisa menjadi sebuah tumpukan yang berpotensi menjadi hambatan.

Sebagai perumpamaan, kita dapat membandingkannya dengan pipa yang tersumbat. Pipa yang tersumbat akan menghambat keluarnya air, sehingga jumlah air yang keluar akan berkurang, tidak sebanyak yang seharusnya sebagaimana kapasitas diameter pipa. Inilah dampak menunda-nunda.

Menurut Brown dan Holtzman (1966), perilaku menunda-nunda disebut prokrastinasi yaitu perilaku menunda dalam menyelesaikan pekerjaan. Orang yang melakukan prokrastinasi dengan sengaja sebenarnya sebuah bentuk penghindaran atau pengalihan dengan menggunakan berbagai alasan.

Memang sih menunda-nunda (di satu sisi) dianggap sebagai kebutuhan seseorang untuk mengambil jeda diantara rentetan aktivitas yang harus dilakukan. Namun disisi lain (dan pada kenyataannya), menunda-nunda ini cukup merugikan. Perilaku ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan kita. Lalu, bagaimana cara untuk melepaskan diri dari sikap menunda-nunda atau prokrastinasi?

Pertama-tama, kita perlu menyadari dan mencari akar masalah dari perilaku menunda-nunda. Kita perlu menyadari bahwa menunda-nunda adalah pilihan sikap yang dikendalikan oleh pikiran atau otak kita. Perilaku menunda-nunda tersebut dilakukan seseorang sebenarnya untuk menghindari perasaan tidak nyaman. Ada perasaan tidak nyaman yang dirasakan atas sebuah ekspektasi suatu hal. Ada suatu kekhawatiran atau ketakutan bahwa hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan, malah sebaliknya.

Perasaan yang tidak nyaman tersebut mendorong kita untuk menghindar dan enggan melakukannya, yang pada akhirnya menunda. Selanjutnya untuk membenarkan perasaan tidak nyaman tersebut, biasanya otak/pikiran kita akan menghadirkan berbagai alasan rasional mengapa kita perlu menunda. Rasionalitas tersebut hampir sempurna karena otak/pikiran kita telah menyimpan banyak informasi dan data dari pengalaman serta pengetahuan yang bisa dimunculkan agar kita merasa terdukung untuk menunda. Itulah mengapa kita perlu sesering mungkin mengecek dan bertanya pada otak/pikiran kita “mengapa diriku begini dan mengapa diriku begitu”.

Untuk itu, kita perlu menyadari dan memahami akar masalah mengapa kita prokrastinasi. Kesadaran ini akan membawa kita pada pemahaman bahwa pikiran atau otak kita mengendalikan kita, bukan sebaliknya.

Dengan mengetahui akar masalahnya, kita dapat menyelesaikannya. Yaitu dengan cara refleksi, sebagai langkah kedua. Kita bisa mulai dengan mengecek ekspektasi kita. Seringkali kita terjebak pada harapan untuk sempurna (perfect). Karena pikiran kita secara tidak sadar mengatakan bahwa suatu pekerjaan yang akan kita lakukan hasilnya nanti belum sempurna. Otak/pikiran kita memberikan informasi tentang kemungkinan-kemungkinan negatif ketidaksempurnaan yang selanjutnya memunculkan perasaan tidak nyaman. Sehingga kita memilih menunda. Dengan menyadari situasinya semacam itu, maka kita bisa mengatakan pada diri sendiri, bahwa informasi tentang peluang kemungkinan dari pikiran itu belum tentu benar.

Untuk membuktikannya, maka kita lakukan langkah ketiga, yaitu bertindak. Mulai saja dulu. Meski kita merasa tidak sempurna, tetap mulailah, bertindaklah meskipun tindakan yang kecil. Karena setiap tindakan meskipun kecil pada akhirnya akan membantu kita untuk mengikis prokrestinasi. Selain itu menyumbang pembentukan habit tidak menunda pada diri kita. Percayalah, dengan melakukannya, kita sedang dalam proses menyempurnakannya. Jadi, mulai saja dulu. Kerjakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Terakhir, puaslah dengan hasil yang ada. Penting bagi kita untuk memahami bahwa kesempurnaan itu tidak ada. Istilah bijak, diatas langit masih ada langit. Jadi sebaiknya kita melupakan ekspektasi tersebut dan kita lakukan pekerjaan kita dengan tidak menunda.

Jika beberapa langkah tersebut kita lakukan, sebenarnya kita tidak sekedar memenuhi kewajiban kita akan suatu pekerjaan. Akan tetapi, kita sedang mengikis sumbatan yang ada di pikiran kita. Dan biasanya, sumbatan yang terkikis itu akan membawa pada lancarnya proses pengambilan keputusan dalam kehidupan. Wujudnya, akan muncul perasaan lega dan merasa menjadi lebih baik. Perasaan yang baik akan menghasilkan kehidupan yang baik. Salam! Semoga bermanfaat.

 

Oleh :Robi’ah Machtumah Malayati

*Dosen Pengajar di Prodi Komunikasi & Penyiaran Islam (KPI) dan Pembina UKM Pers Moderat UNHASY

1 KOMENTAR

  1. Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

RELATED ARTICLES

Follow My

https://api.whatsapp.com/send/?phone=6285717777301

Baca Juga

Jum’at Puisi (JumPus) #Kebudayaan

171
"Sebuah budaya bangsa tinggal di hati dan di dalam jiwa rakyatnya." -Mahatma Gandhi Pesona Indonesia Oleh: Zanatul Faizah Indonesia Negri dengan seribu budaya Wayang kulit dari Pulau Jawa Upacara belian di...
Dapat Kritik dari Wakil Ketua DPRD Jombang, Ketupel Dies Natalis FIP Berterima Kasih

Dapat Kritik dari Wakil Ketua DPRD Jombang, Ketupel Dies Natalis FIP Berterima Kasih

1
Moderatpers.com – Wakil DPRD Jombang Farid Al Farisi menyampaikan kritik saat menjadi narasumber pada Seminar Nasional bertajuk “Optimalisasi Soft Skill Mahasiswa di Era Society...
Dpm unhasy

Pertama Kalinya DPM-U Menyelenggarakan Sekolah Advokasi

37
Moderatpers.com - Sekolah advokasi pada hari Selasa (7/12) telah terselenggara dengan lancar sesuai dengan yang menjadi agenda dari Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Hasyim Asy'ari....

Ramadan dan Segala Tradisinya di Indonesia

36
UKMP Moderat – Senin, (12/04) Pemerintah melalui Kementrian Agama menetapkan 1 Ramadan 1442 Hijriah jatuh pada 13 April 2021. Ketetapan itu diputuskan dalam sidang...

Pengaruh Media Sosial Terhadap Berkurangnya Minat Baca

63
Membaca adalah jendela dunia, karena dengan membaca maka manusia dapat mengetahui banyak hal yang tidak diketahuinya. Oleh karena itu, membaca adalah hal yang sangat...