spot_imgspot_imgspot_img
Senin, Maret 17, 2025
spot_imgspot_imgspot_img
BerandaULASANTokohSirine Tradisi Tanda Berbuka Puasa Masyarakat Jombang Saat Ramadhan

Sirine Tradisi Tanda Berbuka Puasa Masyarakat Jombang Saat Ramadhan

Di Jombang penentuan waktu berbuka puasa dan imsak memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dari daerah lain. Biasanya, tanda waktu berbuka puasa ditandai dengan suara bedug dan adzan maghrib. Namun, di Jombang, waktu berbuka dan imsak justru ditandai dengan suara sirine sebelum adzan maghrib dikumandangkan di surau atau masjid. Uniknya, masyarakat sekitar tidak akan berbuka puasa jika sirine tersebut belum berbunyi, meskipun beberapa mushala dan masjid sudah mengumandangkan adzan maghrib. Tradisi unik ini berpusat di Alun-alun Jombang dan dipercaya oleh warga hingga radius belasan kilometer.

Sirine yang menjadi penanda waktu berbuka puasa ini terletak di sebuah menara bekas pos penjagaan serdadu Belanda pada masa kolonial. Menara ini memiliki ketinggian sekitar 10 meter dan oleh warga setempat sering disebut sebagai “suling buka puasa”. Menara ini terletak di pojok Alun-alun Kota Santri, dan keberadaannya sangat dipercaya oleh masyarakat sebagai penanda waktu berbuka puasa, bahkan lebih dipercaya daripada adzan maghrib. Ketika matahari mulai terbenam di ufuk barat, warga biasanya mulai berkerumun dan menunggu waktu berbuka puasa di bawah menara ini.

Menurut Nana (21), seorang warga setempat, tradisi ini sudah berlangsung sejak lama. Ia menjelaskan bahwa warga menjadikan sirine ini sebagai tanda bahwa masuk waktu adzan Maghrib dan juga Imsak, “biasanya adzan Maghrib berpaut satu menit sebelum sirine ini dinyalakan, dan juga ketika suling (sirine) ini menyala pada waktu sahur tandanya sudah imsak”, pungkasnya saat itu.

Sirine ini sendiri telah dibangun puluhan tahun yang lalu dan dikelola oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang. Ada dua operator yang bertugas untuk membunyikan sirine ini. Biasanya, sirine akan dibunyikan setelah waktu maghrib tiba, dan beberapa menit kemudian adzan maghrib akan dikumandangkan. Salah satu operator sirine, menjelaskan bahwa ketika sirine dibunyikan, warga pasti langsung berbuka puasa karena sudah dipastikan bahwa waktu maghrib telah tiba. “Kalau dibunyikan, warga pasti langsung berbuka puasa. Sebab, sudah dipastikan memasuki waktu maghrib,” kata operator alat tersebut.

Selain berada di Alun-alun, menara sirine ini juga terletak di Gang Suling, Jalan Ahmad Yani. Suara sirine ini memiliki jangkauan yang cukup luas, sehingga dapat terdengar hingga radius belasan kilometer. Hal ini membuat sirine menjadi penanda waktu berbuka puasa yang efektif bagi warga di sekitar Jombang. Bahkan, bagi warga yang tinggal di daerah yang jauh dari Alun-alun, suara sirine ini tetap menjadi acuan utama untuk menentukan waktu berbuka puasa.

Tradisi ini menjadi salah satu ciri khas Kota Jombang, yang dikenal sebagai Kota Santri. Keberadaan sirine sebagai penanda waktu berbuka puasa tidak hanya memiliki nilai religius, tetapi juga menjadi bagian dari budaya dan sejarah masyarakat setempat. Menara sirine yang merupakan peninggalan masa kolonial Belanda ini telah menjadi simbol yang melekat dalam kehidupan sehari-hari warga Jombang, terutama selama bulan Ramadan.

Kepercayaan warga terhadap sirine ini juga menunjukkan betapa kuatnya tradisi dan budaya lokal di Jombang. Meskipun adzan maghrib adalah penanda waktu berbuka puasa yang umum digunakan di seluruh dunia, warga Jombang memilih untuk tetap mempertahankan tradisi unik mereka dengan mengandalkan sirine. Hal ini juga mencerminkan bagaimana masyarakat setempat menghargai warisan sejarah dan budaya yang telah ada sejak puluhan tahun lalu.

Selain itu, keberadaan sirine ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan atau pendatang yang berkunjung ke Jombang, terutama selama bulan Ramadan. Mereka dapat menyaksikan langsung bagaimana warga setempat berkumpul di bawah menara sirine, menunggu suara sirine berbunyi sebagai tanda bahwa waktu berbuka puasa telah tiba. Suasana ini menciptakan momen yang khas dan berkesan, sekaligus memperkuat identitas budaya Jombang sebagai kota yang kaya akan tradisi dan sejarah.

Secara keseluruhan, tradisi penggunaan sirine sebagai penanda waktu berbuka puasa di Jombang merupakan contoh nyata bagaimana budaya dan sejarah dapat berpadu dengan kehidupan religius masyarakat. Sirine yang awalnya merupakan peninggalan masa kolonial Belanda, kini telah berubah fungsi menjadi simbol keagamaan dan kebersamaan warga Jombang. Tradisi ini tidak hanya memperkaya khazanah budaya Indonesia, tetapi juga menjadi bukti bahwa nilai-nilai lokal dapat tetap bertahan dan dihormati di tengah perkembangan zaman.

 

Pewarta : Ferdinand (Mahasiswa Kpi Universitas Hasyim Asyari)

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

RELATED ARTICLES

Follow My

https://api.whatsapp.com/send/?phone=6285717777301

Baca Juga

HMP KPI Menggelar Pameran dalam Event Latar Javanese Culture With Human Interest

HMP KPI Menggelar Pameran dalam Event Latar Javanese Culture With Human Interest

1
Moderatpers.com – Himpunan Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Unhasy menggelar pameran desain grafis, fotografi  dan videografi dalam event Latar KPI 2022. Mengusung...

Hari HAM Internasional, Sejarah dan wajah HAM di Indonesia

29
Moderatpers.com – Kamis, (1/12/2020), sepuluh hari pertama di bulan Desember, bulan penghujung pada setiap tahun, yang mana di peringati sebagai Hari “Hak Asasi Manusia”...

Diwarnai Haru Dan Bahagia, UNHASY Kukuhkan 969 Wisudawan

83
ModeratPers - Universitas Hasyim Asy'ari (UNHASY) gelar wisuda Sarjana (S1) ke-32 dan Pascasarjana (S2) ke-21. Pada tahun ini, UNHASY berhasil kukuhkan 969 wisudawan dan...

92 Tahun Sumpah Pemuda,Apa Kabar Indonesia?

189
Moderatpers.com – Sumpah Pemuda, peristiwa bersejarah yang pasti diketahui khalayak umum di Indonesia. Rabu (28/10/2020) kembali diperingati moment bersejarah itu di seluruh nusantara. 92...

Sehidup Sesurga Denganmu

270
Sehidup Sesurga Denganmu merupakan karya Asma Nadia yang terinspirasi dari kisah nyata seorang pembantu rumah tangga yang sekarang menjelma menjadi pemilik sebuah brand kosmetik....