spot_imgspot_imgspot_img
Senin, September 16, 2024
spot_imgspot_imgspot_img
BerandaUNEK-UNEKArtikelRefleksi 10 November Sebagai Hari Pahlawan Nasional

Refleksi 10 November Sebagai Hari Pahlawan Nasional

LPM FUM – 10 November adalah hari dimana seluruh masyarakat Indonesia memperingati hari pahlawan. Bukan tanpa alasan setiap tanggal tersebut diperingati sebagai hari pahlawan. Tidak terlepas pada peristiwa 75 tahun silam, tepatnya 10 November 1945. Sebelum hari itu, peristiwa pertumpahan darah pasca merdeka ini dipicu saat perobekan Bendera Merah-Putih-Biru di atap Hotel Yamato pada tanggal 19 Septembernya. Dan pada tanggal 29 Oktober Presiden Soekarno memerintahkan gencatan senjata, dan kembali pecah pada 30 Oktober. Rakyat Surabaya yang mendominasi dan para pejuang lainnya bertempur melawan tantara Inggris.

Pada pertempuran Surabaya ini, jumlah kekuatan yang dibawa tantara sekutu sekitar 15.000 pasukan. Dalam peristiwa yang terjadi selama tiga minggu itu memakan korban 6.000 rakyat Indonesia. Melansir dari buku Bung Tomo, Hidup dan Mati Karya Abdul Waid, peristiwa ini bermula setelah terjadinya kekalahan Jepang, kemudian rakyat dan pejuang Indonesia berupaya keras mendesak para tantara Jepang untuk menyerahan semua senjatanya kepada Indonesia. Pada saat gerakan melucuti senjata tersebut, tantara Inggris mendarat pula di Surabaya pada 15 September 1945. Kedatangan tantara sekutu itu tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan nama Blok Sekutu.

Kedatangannya untuk mengangkut orang Jepang yang sudah kalah perang serta para orang asing yang ditawan zaman Jepang memancing kemarahan rakyat. Meskipun Menteri Amir Syarifuddin berpesan agar tertib, namun orang pertama yang menentang adalah Bung Tomo. Kecurigaan Bung Tomo dan kawan – kawan bukan tanpa alasan. Hal itu, karena telah dipicu sebelumnya oleh Kolonel P.J.G Hujjer perwira tantara sekutu berkebangsaan Belanda yang membawa misi rahasia. Di Surabaya, Hujjer menentang revolusi yang dikobarkan pejuang Indonesia. Aksi itu berlajut setelah kedatangan Inggris yang datang juga untuk membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri Hindia Belanda. Dan ternyata NICA (Nederlandsche Indische Civil Administration) ikut memboncengi bersama rombongan Inggris.

(26/10/1945), Mallaby (Komandan Inggris) berdiskusi dengan para tokoh, termasuk Bung Tomo. Pertemuan itu akhirnya membuahkan kesepakatan bahwa pasukan Inggris yang mendarat tidak disusupi pasukan Belanda tercapai bekerja sama Indonesia – Tentara Sekutu dengan membentuk Kontact Bereau, yang akan dilucuti senjatanya hanya Jepang saja. Sedangkan pengawasan dipegang oleh tantara sekutu, dan selanjutnya Tentara Jepang itu akan dipindahkan ke luar Jawa. Namun, Bung Tomo tetap tidak percaya begitu saja. Hal itu disebabkan bahwa ternyata Inggris juga menduduki beberapa tempat strategis diluar perjanjian dan sedikit demi sedikit melangar perjanjian. Yang makin memicu kegeraman Bung Tomo adalah pada tanggal (27/10/1945), Tentara Inggris mengancam semua rakyat Surabaya agar menyerahkan kembali semua senjata dan peralatan perang kepada Inggris. Bung Tomo dkk pun memperingatkan Brigjen Mallaby untuk tidak melanggar perjanjian, namun Mallaby tidak menghiraukan hal tersebut. Akhirnya Bung Tomo dan arek – arek Suroboyo pun turun tangan melawan Tentara Inggris. Dan pada tangal (30/10/1945), Mallaby tewas akibat perang tersebut.

Tewasnya Mallaby memicu peperangan yang lebih dahsyat. Insiden tersebut memaksa Letnan Jenderal Christinson (Komandan AFNEI) memberikan peringatan keras pada Indonesia. Ia memrintahkan Mayor Jenderal Mansergh meluluh lantahkan Surabaya dengan 15.000 pasukan lengkap dengan senjata dan peralatan tank. Mansergh mengeluarkan ultimatum penyerahan senjata kepada pihak Inggris dan menuntut agar bertanggung jawab atas tewasnya Mallaby. Jika ultimatum itu tidak dipatuhi, 10 November Inggris akan menyerang tidak hanya jalur darat, namun lewat laut dan udara juga.

Bung Tomo, pimpinan BPRI membangkitkan semangat seluruh rakyat Surabaya untuk melawan pasukan Inggris dan NICA. Bung Tomo mengajak semua elemen di Surabaya untuk menyatukan tekad bulat. Oleh karena itu, pada jam 6 sore, elemen TKR dan pemuda teken “Soempah Kebulatan Tekad” . Setelah diskusi panjang lebar Bung Tomo mengusulkan agar dilakukan perlawanan terhadap pihak tentara sekutu. Bung Tomo mengajak semua pihak di Surabaya terlibat dalam perlawanan itu. Keputusan ditindaklanjuti oleh Gubernur Soerjo. Pada jam 23.00,  Soerjo mengumumkan melalui siaran radio seluruh rakyat Surabaya akan melawan para tentara sekutu sampai mati.

Seruan pidato Bung Tomo lebih dari cukup membakar semangat rakyat Surabaya melawan tentara sekutu. Rakyat Surabaya sebenarnya cinta damai tetapi mereka lebih cinta kemerdekaan. Dengan semangat membara, rakyat Surabaya berperang melawan tentara sekutu. Hanya dengan berbekal persenjataan yang direbut tentara Jepang, mereka hadapi gabungan tentara sekutu. Karena banyaknya pejuang yang tewas pada masa itu, maka ditetapkanlah 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional, melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 oleh Presiden Soekarno.

75 tahun telah berlalu, sekalipun Indonesia tidak pernah absen untuk memperingati hari bersejarah tersebut. Seperti peringatan – peringatan pada hari nasional lainnya, bahwa ada yang berbeda pada peringatan Hari Pahlawan tahun ini karena pandemi.

Pemerintah melalui Kementrian Sosial telah menyerukan tema pada tahun 2020 ini yaitu “PAHLAWANKU SEPANJANG MASA”. Tradisi upacara ziarah nasional, tabur bunga di laut dan penganugerahan Pahlawan Nasional oleh Presiden juga tetap dilakukan. Kalau dulu kita berjuang dengan mengangkat senjata, maka sekarang kita berjuang melawan berbagai permasalahan bangsa seperti kemiskinan, bencana alam, narkoba, paham – paham radikal dan termasuk berjuang melawan pandemi Covid – 19 yang saat ini melanda dunia.

Jika kita hendak bercermin melihat masa lalu, seharunya sejarah 10 November sudah cukup untuk menyadarkan kita bahwa pahlawan terdahulu sudah benar – benar berjuang melawan penjajah. Apabila setiap insan masyarakat Indonesia memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengimplementasikan semangat dan nilai kepahlawanan, maka hal tersebut dapat menjadi salah satu modal untuk membangun bangsa Indonesia.


editor : Ahmad Faris I.S.

Avatar photo
Rokhimatul Inayahhttps://campsite.bio/inayahzeen
Mahasiswi Unhasy yang sedang berproses menulis di UKMP Moderat dan Arusmedia.online

150 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

RELATED ARTICLES

Follow My

https://api.whatsapp.com/send/?phone=6285717777301

Baca Juga

Bem Unhasy Adakan Seminar Personal Branding : Upgrade Your Creativity To Become Content Creator

13
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Hasyim Asyari (BEM UNHASY) mengadakan seminar personal branding pada Sabtu, 29 Juni 2024 pukul 08.00 WIB di aula lantai 3...

POSMARU UNHASY 2021 Resmi Ditunda, Berikut Alasannya!

127
Möderatpers.com - Panitia Pekan Orientasi Mahasiswa Baru (POSMARU) Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY) Tebuireng Jombang resmi mengumumkan bahwa POSMARU 2021 ditunda. Acara yang seharusnya dilaksanakan...

Gus Nadir : Semua Sila dalam Pancasila Dapat Kita Lihat Penerapannya di Pesantren

99
Sumber gambar : Youtube BEMUNHASY UKMP MÖDERAT – Kamis, (22/04) Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang (BEM-U) mengadakan acara Ramadan Edufest Mahasiswa bertajuk...
Sensasi Tradisional Nasi Goreng Istimewa Pak Takim, yang dimasak dengan Arang

Sensasi Tradisional Nasi Goreng Istimewa Pak Takim, yang dimasak dengan Arang

144
Moderatpers.com - Nasi goreng adalah makanan khas nusantara yang mudah dibuat. Bahkan, sekarang keberadaanya sudah menjamur berderet di jalanan. Makanan yang digemari berbagai kalangan...

Hari Puisi Nasional dan Kaitannya dengan Chairil Anwar

153
Sumber gambar : phiradio.net UKMP MÖDERAT – Setiap tanggal 28 April diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Tanggal tersebut pula merupakan tanggal wafatnya seorang pujangga, Chairil...