Moderatpers.com – Senin, (18/10), Ma’had Al-Jami’ah Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus Mengenang 100 Hari Wafatnya sang pengasuh, Dr. KH. Mif Rohim M.A. Acara tersebut diadakan di Musala Ma’had Al-Jami’ah pada pukul 19.00 WIB bersama para mahasantri. Acara juga disiarkan live Instagram @mahadaljamiahunhasy.
Perayaan maulid Nabi termasuk sunnah, dan tentunya untuk memuliakan Rasulullah SAW. Pada peringatan Maulid Nabi kali ini, bertemakan “Kita Wujudkan Keteladanan Hidup Rasulullah Dalam Sikap Dan Perilaku Sehari-Hari”. Pembukaan acara diisi oleh banjari Ma’had Al-Jami’ah. Lantunan salawat dan diba’an berkumandang diikuti oleh para mahasantri. Kemudian, Mauidhoh Hasanah diisi oleh Ust. Abd. Rozaq, S.H.
Di dalam ceramah mengenai maulid Nabi, Ustadz Rozaq (sapaan akrabnya) menyampaikan secara singkat namun bermakna. “Perayaan memperingati Maulid Nabi itu bukan suatu ketaatan atau kemaksiatan akan tetapi sebuah tradisi,” katanya kepada para mahasantri.
Lalu siapa yang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi? “Yakni Syaikh Umar bin Muhammad Al-Arbil (daerah Irak). Karena memperingati maulid ini merupakan tradisi, maka tradisi mempunyai 3 hukum. Yaitu bisa jadi haram, mubah atau mustahab. Adat suatu kebiasaan jika isinya baik ketemunya sunah dan ketemu di al-akhir muhakkamah,” pungkasnya.
Kemudian anugerah paling terbesar yang diberikan kepada umat yakni, selain ilmu adalah Hadratur Rasul. Jadi, diutusnya hadratur Rasul kepada umatnya. Dengan mengadakan maulid Nabi ini adalah bentuk rasa syukur kepada Allah karena kita mempunya nabi pilihan. Ia juga menyampaikan “Mengapa kalian merayakan maulid Nabi? Karena itu suatu kebahagiaan,” ujarnya.
Seperti halnya dengan dalil hadits yang menceritakan bahwa Abu Lahab di neraka diringankan setiap hari Senin. Hal itu dikarenakan Abu Lahab ikut bergembira ketika mendengar kelahiran keponakannya, Nabi Muhammad SAW. Meski dia sendiri tidak pernah mau mengakuinya sebagai Nabi. Bahkan ekspresi kegembiraannya diimplementasikan dengan cara membebaskan budaknya, Tsuwaibah, yang saat itu memberi kabar kelahiran Nabi SAW.
Demikian juga dengan alasan bahwa Rasulullah SAW berpuasa dihari Senin, karena hari itu merupakan hari kelahirannya. “Seharusnya umat Islam memperbanyak puasa sunnah hari Senin, bukan menyelenggarakan seremoni maulid setahun sekali. Karena dalam melaksanakan acara maulid Nabi tidak hanya setahun sekali tapi bisa sehari-hari,” kata Ustadz Rozaq diakhir Mauidhoh.
Pewarta : Lilik Faizah
Editor : Rokhimatul Inayah