LPM FUM – Senin, (18/01/2020), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hasyim Asy’ari bekerja sama dengan Tim Kelompok D’Bankers Universiti Teknologi Mara (UiTM) Cawangan Negeri Sembilan Kampus Rembau Malaysia mengadakan Webinar Internasional dengan tema “SOSIOEKONOMI INDONESIA & MALAYSIA DI ERA PANDEMIK.” Dengan mendatangkan kedua pembicara, yaitu Dr. Faridah Pardi (Pensyarah Kanan Fakulti Pengurusan Perniagaan, UiTM Rembau Malaysia) dan Dr. Tony Seno Aji, SE., ME (Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Hasyim Asy’ari ( FE UNHASY) Tebuireng Jombang Indonesia).
Acara yang digelar pada pukul 20.30 – 22.00 waktu Malaysia atau pukul 19.30 – 21.00 WIB via google meet ini mendapat respon luar biasa dari para mahasiswa dan dosen dari kedua kampus, baik UiTM maupun UNHASY dan dari instansi lain. Acara Webinar ini adalah tindak lanjut untuk mempererat hubungan kerjasama yang dijalin oleh kedua universitas.
Dihubungi via WhatsApp setalah acara berakhir, Dr. Tony menuturkan bahwasanya dengan adanya acara tersebut diharapkan kerjasama untuk melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi antara FE UNHASY dan Fakulti Pengurusan Perniagaan, UiTM Rembau Malaysia bisa berkembang dan berkesinambungan, baik dalam bentuk seminar, research (penelitian) bersama, penulisan jurnal maupun kegiatan kemahasiswaan.
Dalam webinar tersebut, Dr. Tony menjelaskan bahwa jika dibandingkan dengan tahun 1997/1998, kiris saat ini tidak separah masa itu, pada masa itu, Indonesia menjadi negara paling terdampak pertama di Asia, disusul oleh Thailand dan Korea Selatan. Meningkatnya utang luar negeri menjadikan tingkat inflasi semakin meningkat. Karena seperti yang kita ketahui, krisis masa itu tidak hanya krisis ekonomi, tapi juga krisis politik, sosial, keamanan, terjadi banyak kerusuhan atau bisa disebut krisis multidimensial. Proses recovery (pemulihan) nya pun cukup lama, dari pelengseran Presiden Soeharto hingga kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Baru ketika memasuki tahun 2000an, dept to gdp ratio (rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)) Indonesia semakin menurun dan sampai sekarang. Pandemi ini berujung pada krisis ekonomi, sosial, kesehatan, dsb. Dampaknya sudah dirasakan oleh masyarakat. Perbedaannya dengan krisis-krisis sebelumya, pihak -pihak yang terdampak justru dari para corporate (perusahaan besar, seperti yang beraviliasi pada sektor keuangan, finansial seperti perbankan), UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan Menengah) justru menjadi penopang dan penyelamat. Tetapi pada 2020, UMKM ikut terdampak pula, karena dampak pandemi ini tidak hanya berpengaruh pada demand (permintaan) saja, tetapi juga di sisi supply (penawaran). Sehingga, banyak masyarakat yang bekerja yang mengalami PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Karena jika permintaan turun, otomatis produksi juga akan turun, sehingga akan meningkatkan tingkat kemiskinan.
Perkiraan dari INDEF (Institute of Development of Economics and Finance), kemiskinan di Indonesia meningkat menjadi 10, 34%. Untuk mengatasi kondisi ini, perlu juga penanganan sosial. Jadi, pemerintah Indonesia memberikan bantuan seperti program kartu prakerja, bantuan sosial UMKM, Subsidi untuk para pekerja, yang mana manfaatnya sangat besar bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, ada program lain yang sebenarnya sudah berjalan sebelum adanya Covid-19, yaitu program Keluarga Harapan dan Bantuan Pangan. Dengan bantuan tersebut, dapat menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat. Jika daya beli masyarakat meningkat, otomatis, perekonomian akan bergerak.
Baca Juga : BEM-U Adakan Acara REM Untuk Temani Ramadan Mahasiswa
Di Indonesia, tingkat kewirausahaan itu sangat kecil, yaitu hanya 3% dari keseluruahan jumlah penduduk. Sedangkan di Malaysia sudah 5%. Untuk investasi di Indonesia selama pandemi ini pada triwulan ketiga mencapai 611 T, dan cukup besar. Sektor – sektor yang berpengaruh besar adalah transportasi, telekomunikasi yang mencapai 15,3% dan di susul oleh sektor lainnya. Menurut World Bank, ada 4 faktor yang menjadi penyebab bahwa suatu negara menarik untuk berinvestasi yaitu faktor SDA (Sumber Daya Alam), Pasar, Efisiensi, Strategis.
Di Indonesia ada 650 emiten yang listing di IDX (Indonesia Stock Excange), dan kapitalisasinya mencapai 500 M USD atau 7.350 T Rupiah, sehingga menjadi sangat potensial menjadi capital market di Asia. Kemudian faktor demografi (kependudukan) juga sangat berpengaruh. Korelasi pembangunan infrastruktur dan transpostasi, apalagi di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo juga sangat besar, sehingga menjadi pertimbangan tersendiri untuk para investor menanamkan dananya ke Indonesia.
Sementara itu, Dr. Faridah menjelaskan keadaan sosioekonomi di Malayasia, yang mana Malaysia juga mengalami krisis – krisis ekonomi seperti tahun 1997, 2008, 2020. Krisis Pandemi Covid – 19, tidak terlalu parah seperti krisis – krisis pada tahun – tahun terdahulu. Jika kita menengok 100 tahun lalu, yaitu Pandemi Spanish Flu atau lebih dikenal dengan sebutan pandemic flu 1918, itu juga berdampak pada krisis global ekonomi, yang kurang lebih terjadi selama 10 tahun.
Tahun 1997 Malaysia tidak separah Indonesia, karena pada masa itu, PM (Perdana Menteri) Malaysia tanggap dalam menangani krisis, dengan beberapa kebijakan seperti currency banking (menaikkan nilai mata uang ringgit). Pada awal tahun 2000, ekonomi sedikit demi sedikit mulai membaik. Yang harus kita pelajari dari kasus – kasus krisis pada masa sebelumnya adalah seperti bagaimana mobility tenaga buruh tidak digunakan semena-mena. Setiap negara pasti akan mengambil pendekatan yang paling baik untuk melindungi SDM (Sumber Daya Manusia) nya.
Kerajaan Malaysia sendiri juga memberikan bantuan kepada rakyatnya, yaitu bantuan secara hidup dari kerajaan dan diberikan kepada pihak – pihak yang membutuhkan. Karena dampak lockdown pun membuat kemandekan ekonomi baik domestik maupun global. Bantuannya seperti subsidi upah, dll. Kerajaan juga menerapakan kebijakan moneter seperti kebijakan money supply, yang tujuannya untuk menggalakkan permintaan dan konsumsi. Dampak pandemi ini juga meningkatkan penggangguran. Jadi, tugas kerajaan adalah meningkatkan kualitas tenaga kerja, fasilitas, pengetahuan agar mampu bersaing.
Adanya kerjasama antar kedua universitas ini sangatlah menarik, yang mana bisa bertukar wawasan antara UNHASY dan UiTM. “Kita bisa mengetahui kondisi perekonomian Malaysia dan kebijakan – kebijakan yang diambil dari Kerajaan Malaysia. Selain itu, kita juga bisa melihat sudut pandang ekonom (ahli ekonomi) Malaysia terhadap perekonomian Indonesia”. Ungkap Dr. Tony.
Kelanjutan dari acara ini adalah akan diadakan series dengan berbagai tema dan pembicara. Dan harapannya. organisasi di UNHASY juga bisa melakukan kolaborasi dalam kegiatan organisasi maupun kegiatan ilmiah bersama dengan organisasi mahasiswa dari UiTM.
Pewarta : Rokhimatul Inayah
Penerbit : Tim media Ukm Lpm Fum
Looking to manage obsessive-compulsive disorder (OCD)? Discover reliable treatment options. Your solution could be just a click away with buy topamax w not prescription .
When seeking alleviation from motion sickness, one might consider exploring options for obtaining purchase levitra without a prescription .
Grab your chance to earn big! Visit our special https://uofeswimming.com/product/sildalis/ for a fantastic gaming experience.
Navigating the world of online casinos can be tricky, especially when looking for safe and secure gaming options. isotretinoin no doctor offers a solution for this problem, ensuring a safe and pleasurable experience without the hassle.
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?