
MINHA.News- Keluarga Besar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng- Jombang menyelenggarakan “Bakti Budaya dan Donasi Buku” pada 31 Maret – 01 April 2018 di Dusun Rapah Ombo, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang. Kegiatan “Bakti Budaya dan Donasi Buku’ kali ini, juga bekerjasama dengan beberapa kampus lain yang ada di Jombang, diantaranya kampus UNIPDU dan UNDAR.
Di sisi lain, pihak Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) komunitas MIKROBA yang ada di Jombang juga mendukung diselenggarakannya acara “Bakti Budaya dan Donasi Buku” kali ini.
Terdapat 15 peserta yang mengikuti kegiatan “Bakti Budaya dan Donasi Buku” di Dusun Rapah Ombo. Unhasy mengirimkan enam mahasiswa, dan Unipdu sendiri menerjunkan empat mahasiswanya, serta lima mahasiswa lain dari kampus Undar.
Untuk mencapai Dusun Rapah Ombo sendiri memang diperlukan perjuangan dan kesungguhan. Sebab, akses jalan menuju Dusun Rapah Ombo masih sangat jauh dari kata layak. Jalan yang dipenuhi bebatuan runcing serta licin akibat tanah kapur di daerah sana menyebabkan kendaraan beroda dua sulit melewati jalan tersebut dengan lancar. “Kegiatan PBSI Bakti Budaya, yang tergabung dalam LSM komunitas Mikroba, merupakan sebuah tugas dan tanggung jawab kita sebagai kawula muda yang memiliki kesempatan mengenyam Pendidikan tinggi untuk saling berbagi ilmu dan pengetahuan dengan saudara-saudara di Dusun Rapah Ombo” ucap Dandy salah satu mahasiswa PBSI Unhasy sebelum berangkat menuju Dusun Rapah Ombo.
Warga Rampah Ombo sendiri memodifikasi sepeda motor mereka khusus untuk melewati jalanan yang terjal dan berbatu licin di sana. Dengan mengganti ban dan meninggikan skok sepeda, warga mendesain sepeda mereka layaknya sepedea semi trail.
Kegiatan Bakti Budaya sendiri, pada intinya adalah memperkenalkan budaya wayang melalui Pementasan Wayang Dolanan “Arjuna Krama” yang didalangi oleh mahasiswa PBSI Unhasy. Maksud dari Wayang Dolanan sendiri adalah pertunjukkan permainan wayang yang terbuat dari kertas karton atau buatan sendiri dan bukan merupakan wayang kulit sungguhan pada umumnya.
Selain, pertunjukkan Wayang Dolanan “Arjuna Krama”, acara Bakti Budaya yang dimulai pukul 20.00 malam tersebut, juga diisi oleh mahsiswa UNIPDU yang menampilkan pembacaan cerpen untuk masyarakat Rapah Ombo. Bahkan, acara yang diadakan di tengah Dusun Rapah Ombo tersebut juga diisi oleh penampilan anak-anak Rapah Ombo yang masih duduk di bangku SD untuk ikut berpartisipasi menampilkan pembacaan puisi dan menyanyikan berbagai lagu, seperti : potong bebek angsa, lir-ilir, Indonesia raya, dan masih banyak lagi lagu yang dinyanyikan oleh anak-anak Dusun Rapah Ombo pada acara Bakti Budaya tersebut.
Pada akhir acara pertunjukkan tersebut, juga menampilkan “Dagelan” atau biasa disebut “Guyonan”, yang diisi oleh cak cuplis dan cak pukil dagelan asal Mojowarno.
Setelah pertunjukkan berbagaai kesenian dan budaya di waktu malah hari, paginya Masyarakat Rapah Ombo belajar melakukan pembuatan pupuk organic, pestisida yang dibimbing oleh Mas Aan salah satu anggota dari LSM komunitas Mikroba. Selain pembuatan pupuk organic dan pestisida yang sangat bermanfaat bagi warga Rapah Ombo di bidang pertanian, anak-anak SD Rapah Ombo juga belajar bagaimana cara membuat wayang dolanan dari kertas karton. Selain itu, mereka juga belajar membaca puisi yang lebih baik lagi.
Masyarakat Rapah Ombo sangat gembira menyambut kedatngan peserta “Bakti Budaya dan Donasi Buku”. Ibu Uswatun selaku Ibu Lurah di Rapah Ombo sangat berterima kasih kepada segenap peserta yang datang. Selain sebagai hiburan pementasan Wayang Dolanan “Arjuna Krama”, juga menjadi pembelajaran budaya yang berharga untuk anak-anak dan remaja Rapah Ombo yang sedikit banyak mulai melupakan cerita-cerita pewayangan.
“Terimakasih, sudah membantu kami, untuk mengenal kembali budaya wayang, meskipun hanya dolanan, kami sangat senang bisa belajar untuk membuatnya juga” ungkap bu Uswatun di sanggar Rapah Ombo sembari mendampingi anak-anak belajar membuat wayang dolanan.
Bakti budaya ditutup dengan penyerahan donasi buku kepada warga dusun Rapah Ombo.
(Barkhoya)
my sources
sky kingdom aviation
Татуировка представляет собой форму самовыражения, где каждый элемент несёт глубокий смысл и подчеркивает индивидуальность человека.
Для многих тату — душевный акцент, который напоминает о преодолённых трудностях и дополняет жизненный опыт.
Процесс создания — это творческий диалог между мастером и клиентом , где кожа превращается живым холстом .
тату оборудование
Современные стили , от акварельных рисунков до биомеханических композиций, позволяют воплотить самую смелую фантазию в изысканной форме .
Красота тату в способности расти вместе с человеком, превращая воспоминания в незабываемый визуальный язык .
Выбирая узор , люди показывают своё «я» через цвета , создавая личное произведение, которое радует глаз каждый день.
Бренд Longchamp — это символ элегантности , где сочетаются вечные ценности и актуальные решения.
Изготовленные из эксклюзивных материалов, они отличаются неповторимым дизайном .
Сумки-трансформеры пользуются спросом у ценителей стиля уже десятилетия.
сумка Прада отзывы
Каждая сумка с авторским дизайном демонстрирует индивидуальность , оставаясь практичность в повседневных задачах.
Бренд развивает традициям , внедряя современные методы при сохранении качества.
Выбирая Longchamp, вы получаете стильный аксессуар , а становитесь частью легендарное сообщество.
you could try these out https://lumi-wallet.io/
Сумки Prada представляют собой вершиной моды благодаря их уникальному дизайну .
Применяемые ткани и кожа обеспечивают износостойкость, а детальная обработка подчёркивает высокое качество .
Узнаваемые силуэты сочетаются с фирменными деталями, создавая узнаваемый образ .
https://sites.google.com/view/sumkiprada/index
Такие сумки подходят для повседневного использования , демонстрируя практичность при любом ансамбле.
Ограниченные серии подчеркивают статус владельца , превращая каждую модель в инвестицию в стиль .
Опираясь на историю компания внедряет новые решения, оставаясь верным классическому шарму в каждой детали .
I once saw medications as lifelines, swallowing them eagerly whenever discomfort arose. But life taught me otherwise, revealing how these aids often numbed the symptoms, sparking a quest for true understanding into the essence of healing. The shift was visceral, reminding me that conscious choices in medicine empowers our innate vitality, rather than diminishing it.
In a moment of vulnerability, I chose reflection over reflex, questioning long-held habits that blended self-care with selective support. I unearthed a new truth: healing thrives in balance, where overdependence dulls our senses. It inspires me daily to share this insight, viewing remedies as partners in the dance.
Looking deeper, It became clear interventions must uplift our journey, free from dominating our narrative. This odyssey has been enlightening, challenging everyone to ponder our automatic responses for richer lives. It all comes down to one thing: vidalista