
Muhammad Iqdam Kholid, yang lebih dikenal sebagai Gus Iqdam adalah sosok pendakwah muda yang tengah naik daun di Indonesia. Lahir di Blitar, Jawa Timur, pada 27 September 1994. Gus Iqdam tumbuh dalam keluarga pesantren yang kuat dan religius, dengan ayahnya KH Kholid sebagai seorang kyai dan ibunya berasal dari garis keturunan ulama kharismatik.
Namun, perjalanan spiritual dan keagamaannya tidak selalu mulus, melainkan penuh dinamika yang membentuk kepribadiannya hingga kini menjadi sosok yang inspiratif dan sangat dekat dengan masyarakat luas, terutama generasi muda.
Kepribadian Gus Iqdam yang unik dan penuh warna menjadi cermin bagaimana agama dapat dipahami dan diamalkan secara manusiawi dan relevan dengan kehidupan modern. Sebelum mantap berdakwah, ia pernah mengalami masa-masa pemberontakan dan mencoba berbagai hal yang jauh dari kesan religius, seperti hobi balap motor dan gaya hidup yang penuh petualangan.
Masa muda yang penuh eksplorasi ini tidak menjauhkan dirinya dari agama, melainkan menjadi proses pendewasaan spiritual yang kelak membentuk pendekatan dakwahnya yang khas dan mudah diterima banyak kalangan.
Salah satu aspek penting dalam kepribadian Gus Iqdam adalah keterbukaannya terhadap berbagai latar belakang sosial, termasuk mereka yang selama ini dianggap marginal atau terpinggirkan, seperti anak-anak punk dan kelompok sosial yang seringkali sulit dijangkau oleh dakwah konvensional.
Melalui Majelis Ta’lim Sabilu Taubah yang didirikannya pada tahun 2018, Gus Iqdam berhasil mengumpulkan lebih dari enam puluh ribu jemaah dari seluruh Indonesia dengan pendekatan yang humanis, santai, dan penuh humor. Pendekatan ini menunjukkan bahwa agama tidak harus disampaikan dengan cara kaku dan formal, melainkan bisa dengan gaya yang relevan dan menyentuh hati.
Kepribadian Gus Iqdam yang rendah hati dan sederhana juga menjadi cerminan nilai-nilai Islam yang sesungguhnya. Meskipun telah meraih popularitas dan kesuksesan sebagai pendakwah dan pengusaha muda, ia tetap tidak melupakan akar dan asal-usulnya sebagai anak pesantren. Sikap ini mengajarkan bahwa agama adalah pondasi moral yang harus terus dijaga dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar identitas semu atau alat untuk mencari popularitas.
Selain itu, Gus Iqdam dikenal memiliki gaya dakwah yang lemah lembut, sopan, dan lucu. Gaya ini membuat ceramahnya mudah dicerna dan tidak membosankan, bahkan sering viral di media sosial.
Hal ini menunjukkan bahwa agama bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi yang menyenangkan, bukan sesuatu yang menakutkan atau membebani. Dengan demikian, Gus Iqdam berhasil membangun jembatan antara agama dan kehidupan modern, menjadikan agama sebagai sumber kekuatan dan solusi atas berbagai persoalan sosial dan pribadi.
Kepribadian Gus Iqdam juga menonjolkan pentingnya proses taubat dan perubahan diri. Dari sosok yang sempat “nakal” dan jauh dari agama, ia mampu bertransformasi menjadi pendakwah yang mengajak banyak orang untuk kembali kepada jalan yang benar. Ini mengajarkan bahwa agama adalah jalan yang terbuka bagi siapa saja yang ingin memperbaiki diri, tanpa memandang latar belakang masa lalu.
Secara keseluruhan, melihat agama dari kepribadian Gus Iqdam memberikan pelajaran bahwa agama Islam bukan hanya sekadar ritual dan doktrin, tetapi juga pengalaman hidup yang dinamis dan penuh kasih sayang. Kepribadian Gus Iqdam yang autentik, terbuka, dan penuh empati memperlihatkan bagaimana agama bisa menjadi sumber inspirasi yang menguatkan dan menyatukan berbagai lapisan masyarakat.
Pendekatan dakwahnya yang humanis dan modern menjadi contoh bagaimana agama dapat hidup dan berkembang sesuai dengan konteks zaman tanpa kehilangan nilai-nilai dasarnya.
Gus Iqdam membuktikan bahwa agama bisa menjadi jalan untuk menemukan jati diri, memperbaiki kehidupan, dan membangun komunitas yang inklusif dan penuh kasih. Dengan kepribadiannya yang sederhana namun kuat, Gus Iqdam mengajak kita semua untuk melihat agama sebagai sumber cahaya yang menerangi kehidupan, bukan sebagai beban yang mengekang. Inilah wajah agama yang relevan dan membumi, yang mampu menjawab tantangan zaman dan menyentuh hati banyak orang, khususnya generasi muda Indonesia.
Oleh : Mohammad Faris Amiruddin (Mahasiswa Kpi Universitas Hasyim Asyari )
Editor : Tia