Peran Relawan dalam Menjaga Ketertiban Persimpangan Jalan

Pak Ogah, mungkin di sini masih banyak yang bertanya tanya pak Ogah itu siapa. Mungkin ada yang mengira kalau pak ogah ini merupakan seorang tokoh yang mengisi pada sebuah seriyal yang bernama ”Si Unyil”. Namun, dalam konteks yang akan dibahas ini bukan pak Ogah yang demikian, melainkan pak Ogah yang biasanya ada di persiampangan jalan yang biasa kita temui dengan ciri-ciri khas yaitu memakai rompi, membawa bendera dan terdapat pluit di mulutnya. Itulah yang di namakan pak ogah, mungkin masih banyak yang bertanya tanya kenapa orang tersebut di namai dengan sebutan pak Ogah? dari informasi yang saya dapat dari website bahwa penyebutan nama pak ogah ini di ambil dariperan pada serial “Si Unyil”, Karna pak ogah ini dikenal dengan sosok yang suka menolong dengan jargon khasnya “bagi capek dulu doong”. Penggambaran sosok pak Ogah ini  tertanam erat di masyarakat. Oleh karna itu, seseorang yang sukarela berdiri tegak dengan bendera yang di pegangnya rompi yang di kenakanya dan pluit yang di hembusnya ini di kaitkan oleh masyarakat dengan sebutan Pak Ogah.

Pak Ogah ini bukanlah pihak berwenang dan bukanlah juru parkir, tapi ia mau tampil mengambil tanggung jawab mengurangi kemacetan dengan imbalan hanya mengandalkan recehan yang di beri dari setiap pengendara yang ikhlas memberi. Namun walaupun sebearnya pak ogah ini telah melanggar undang-undang tentang lau lintas karna telah mengganggu fungsi jalan dan dapat dipidna maksimal 1 tahun penjara atu denda sebesar Rp 24 Juta, Tapi pak ogah ini tidak mau meninggalkan pekerjaan yang bukan profesinya itu.  Tapi bagaimana menurut kalian tentang pak ogah ini ? apakah kalian merasa terganggu karna adanya pak ogah di tengah jalan? Atau malah merasa aman karna ada yang mengarahkan pengendara saat di persimpangan jalan yang dapat  mengurangi angka kecelakaan? . tetapi  Jika adanya pihak yang berwenang ikut tampil mungkin pak ogah ini tidak ada karna adanya pihak yang lebih berhak mengatur lau lintas.

Mungkin karna kehadiranya pak ogah di anggap kurang baik karna tidak pernah mengikuti pelatihan khusus yang membuat sebagian masyarakat menganggap kalau pak Ogah ini tidak ahli dalam mengatur lalulintas. Dalam hal ini juga pak ogah tidak memiliki peran resmi dalam mengatur lalu lintas tersebut sehingga resiko yang di timbulka itu dapat berdampak besar bagi para pengendara motor maupun mobil. Setelah saya bertanya-kepada penduduk sekitar ada 2 pendapat tentang pak ogah ini. Ada yang menganggap pak Ogah ini sangat membantu pengendara saat di persimpangan jalan,  kaena dengan adanya pak ogah ini pengendara tidak bisa sembarang nyrbrang di persimpangan jalan jadi pengendara merasa aman karna adanya arahan dari pak ogah tersebut. Tetapi ada versi yang berbeda pendapat tentang pak ogah ini, pendapat yang kedua mengatakan  “kalau pak ogah ini sok bisa mengatur jalan padahal itu bukan tugasnya” ujar salah satu pendapat yang ke 2 dia juga mengatakan bahwa dia hampir pernah mengalami kecelakaan karna pak Ogah ini memberentikanya mendadak. Oleh karna itu dia merasa resah karna adanya pak ogah di persimpangan jalan. Dia berpendapat bahwa pemasanga rambu-rambu laulintas itu lebih aman daripada adanya seseorang yang kurang profesional mengatur para pengendara yang ada di jalamnan.

Dari sini disimpulkan bahwa kehadiran  warga yang rela mengatur lalu lintas yang biasa kita sebut dengan pak ogah ini dapat membawa manfaat bagi pengendara dengan meningkatkan ketertiban dan kesadaran saat berkendara. Namun, sangat penting untuk di ingat bahwa mereka ini tidak memiliki kewenangan dan pelatihan secara resmi dan hal ini dapat sangat berresiko atas keselamatan dirinya dan para pengendara. Solusi yang tepat menurut saya adalah  dengan menggabungkan upaya warga dengan petugas resmi dalam mengatur lalu lintas. Mungkin dari  pemerintahan juga dapat memberikan pelatihan khusus dan perabotan atau alat-alat yang memadai kepada warga yang ingin membantu mengatur lalu lintas, atau mengupayakan solusi jangka panjang seperti pemasangan rambu-rambu lalu lintas atau yang lainnya.

Penulis: Novi Syahwalina Irsa
Editor: Lulu