MINHA.NEWS- Nazhatuz Zamani, kelahiran 2 September 1997 telah berhasil menamatkan study nya sebagai mahasiswa, hari ini, Sabtu [26/10] di Universitas Hasyim Asy’ari, Jombang. Santri PP. Walisongo sekaligus mantan ketua dari Organisasi Forum Unhasy Menulis [FUM], yang dikenal sebagai sosok yang aktivis di tengah-tengah mahasiswa Unhasy yang lain.

Mahasiswa yang akrab dipanggil dengan sebutan Mbak Nazza ini, termasuk mahasiswa Unhasy angkatan 2015. Mengatas namakan orangtua sebagai alasan beliau menjadi mahasiswa. Mbak Nazza juga memaparkan bahwa, pada awalnya beliau hanya menjadi mahasiswa yang kuliah-pulang-kuliah-pulang, diistilahkan dengan “kupu-kupu”. Kemudian, mulailah Mbak Nazza mencoba bergabung dengan sekolah menulis yang diselenggarakan oleh Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng, dan terus berlanjut hingga jabatannya naik menjadi redaktur. Tidak hanya berhenti di sini, Mbak Nazza kemudian mempunyai semangat literasi yang tinggi dan mulai membentuk UKM FUM bersama sahabat-sahabatnya. Diantaranya, Dandi, Asbar, Putri, Firil dan Eko. “Membentuk adalah hal yang mudah. Tapi, untuk menjaganya agar tetap aktif, butuh usaha dan kesabaran yang lebih. Dan alhamdulillah ada yang meneruskan perjuangan kami hingga sekarang” paparnya dengan sangat antusias.

Selain itu, Mbak Nazza juga berstatus sebagai seorang santri dari Pesantren Walisongo. Bukan sekedar santri biasa, Mbak Nazza termasuk santri yang terbilang dekat dengan pengasuh, istilahnya adalah santri ndalem. Tetapi, Mbak Nazza terbilang sangat lihai dalam membagi waktu. Meskipun terkadang memang ada waktu yang harus dikorbankan. Beliau lebih mengedepankan kewajiban dalam pesantrean daripada tanggungjawab lain diluar pesantren. Lalu, jika ada waktu lenggang, baru beliau akan menuntaskan tugas-tugas yang selain pondok. Meskipun sangat melelahkan, beliau senang melakukannya, “Hitung-hitung juga untuk melatih diri ketika berbaur dengan masyarakat nantinya. Karena harus banyak mengenal lingkungan dan karakter yang berbeda” tanggap beliau.

Motivasi awal beliau bergabung dalam berbagai kegiatan, selain untuk mefungsikan dirinya sebagai mahasiswa, beliau juga ingin mencari pengalaman. Beliau berpikir, akan lebih baik jika melakukan hal tanpa bercabang banyak. Dengan arti, beliau pada mulanya ingin aktif sekaligus fokus terhadap apa yang ingin diikutinya. Termasuk pengabdian beliau pada ndalem.

“Yang terpenting yang harus kita lakukan adalah pahami dulu kemampuan diri, jangan sampai melakukan hal karena terpaksa. Namun, jika kita kemudian dihadapkan pada sesuatu diluar keinginan, maka cobalah untuk terus positive thinking. Kita akan menemukan kenikmatan melakukan suatu hal meskipun sulit, pada akhirnya.” Begitulah kata beliau yang sangat pantas dijadiakan motivasi hidup.

(Alfi Maghfiroh)