Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) semester 3 kembali menggelar pameran karya seni bertajuk Membumikan Budaya Melangitkan Karya”. Kegiatan yang digelar di lobi Gedung A Unhasy ini menjadi bagian dari ujian akhir semester mata kuliah seni rupa pada Minggu, (01/12).

Dalam pameran ini, para mahasiswa menampilkan berbagai karya dua dimensi maupun tiga dimensi yang menarik seperti lukisan, anyaman, batik ecoprint, hingga gaun yang terbuat dari bahan-bahan daur ulang.

Total sebanyak 120 lebih karya dipamerkan. Karya-karya tersebut merupakan akumulasi karya yang dibuat pada tiap perkuliahan mulai dari pertemuan ke-3 hingga pertemuan ke-13 sebagai bentuk aplikasi dari ilmu yang telah mereka pelajari selama perkuliahan.

“Total kalau individu ada 8 karya yang wajib setiap siswa mengerjakan itu total karya ada 8 dari 15 mahasiswa dalam satu kelas, Ini belum yang kelompok kayak daur ulang sama ecoprint itu kelompok,” ungkap Maya, salah satu mahasiswa PGMI.

Ratih Asmarani, selaku dosen pengampu mata kuliah seni rupa, mengungkapkan bahwa pameran ini bertujuan untuk memberikan wadah bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi kemampuan seni mereka. Selain itu, kegiatan ini juga sebagai persiapan bagi mahasiswa sebagai calon guru MI.

“Mereka bisa mengimplementasikan ketika mereka menjadi guru jadi mereka tidak hanya menandai memberikan perintah tapi juga sudah pernah melaksanakan,” ujar Ratih.

Pameran karya mahasiswa PGMI Unhasy ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, baik dari kalangan dosen maupun mahasiswa. Terbukti tidak hanya didatangi banyak pengunjung namun juga terdapat beberapa yang menawar karya yang dipamerkan.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa mahasiswa PGMI Unhasy tidak hanya memiliki kemampuan akademik yang baik, tetapi juga memiliki bakat di bidang seni.

“Itu sesuatu yang baik jadi sebuah karya seni itu tidak hanya dilihat dari nilai estetikanya saja tapi bagaimana nilai ekonomisnya, itu sesuai dengan visinya Unhasy the real university of the pesantren and entrepreneurship,” imbuh Ratih.

Pewarta: Lulu